Daerah

Indonesia Dibangun Ragam Etnis, Agama dan Budaya

Sabtu, 29 Oktober 2016 | 19:17 WIB

Jombang, NU Online
Kurang lebih dari 100 pemuda dari beragam etnis di Kabupaten Jombang mengikuti seminar wawasan kebangsaan yang diselenggarakan oleh Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Jombang, Sabtu (29/10) di aula Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Peterongan Jombang.

Mereka diantaranya dari etnis Papua, Aceh, Maluku, Jawa, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Tionghoa, Madura, Kalimantan, Bali dan etnis yang lain.

Sebelum seminar dimulai, perwakilan dari masing-masing etnis tersebut diminta panitia pelaksana maju ke depan untuk membacakan teks sumpah pemuda secara serentak, pembacaan teks tersebut dipimpin dari etnis Tionghoa.

Ketua FPK Jombang Zainuddin Wijaya mengatakan forum keberagaman etnis di kota santri itu sengaja dihadirkan dalam satu kesempatan itu untuk kembali mengingatkan proses dibentuknya negara Indonesia.

Kemajemukan etnis, agama dan budaya yang niscaya dimiliki oleh bangsa Indonesia itu, menurutnya memiliki kontribusi yang sama dalam membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Indonesia ini tidak didirikan oleh satu etnis saja, namun beragam etnis di Indonesia ini bersama-sama memberikan kontribusi besar dalam mendirikan negara ini," ujarnya.

Dalam pembentukan Indonesia, kata dia, tidak terlepas dari semangat kebangsaan para pemuda saat itu. Semangat tersebut hendaknya terus digelorakan oleh pemuda saat ini. "Nilai-nilai kebangsaan yang sudah 88 tahun yang lalu harus terus berkembang, jaya dan digelorakan hingga hari kiamat," tegasnya.

Kepada mereka, Zainuddin mengimbau agar pemuda saat ini tak tergiur oleh perkembangan zaman yang satu sisi membawa dampak negatif, misalnya terjebak pada dunia hedonis yang kemudian melupakan tugasnya sebagai regenerasi bangsa yang kuat.

"Pemuda adalah regenerasi bangsa, sangat disayangkan ketika pemuda melupakan tugas dalam membangun bangsa ini, banyak pemuda sekarang dipengaruhi sikap hedonis dan atau sikap yang serupa," pesan dia.

Sementara Lilik Nurhayati, narasumber seminar menyampaikan momentum peringatan hari sumpah pemuda saat ini banyak diwarnai dengan konflik yang berkepanjangan, yang salah satunya dipicu oleh perbedaan kepercayaan atau agama. Sikap saling menghormati antarsatu dengan yang lainnya sudah mulai luntur sebab anekaragam kepentingan.

"Saya kecewa dengan tayangan di televisi, pada momen hari Sumpah Pemuda malah banyak konflik," ujarnya.

Ia menyayangkan kesadaran keragaman yang niscaya dipunyai bangsa Indonesia ini sudah mulai kehilangan nilai. "Padahal tiga aspek, yakni satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa itu sudah wajib ada di negara ini. Tiga aspek tersebut seharusnya menjadi kekuatan besar bangsa Indonesia," tegasnya.

Untuk itu, Lilik berpesan kepada pemuda yang hadir saat itu untuk selalu membangun nilai keberadaan yang baik, baik dalam beragama atau berpolitik. (Syamsul Arifin/Abdullah Alawi)


Terkait