IPNU-IPPNU Kudus Lakukan Pendekatan Emosional ke Keluarga Koordinator Forkapik
Senin, 13 April 2015 | 08:02 WIB
Kudus, NU Online
Futuhal Hidayah Ketua PC IPPNU Kabupaten Kudus bersama Wakil Ketua Bidang Pengembangan Santri, Pelajar dan Mahasiswanya, mendatangi kediaman Inas Arna Ramadhanti, seorang siswi kelas XI MA NU Mu’allimat Kudus.<>
Kedatangan ke desa Mlati Lor RT 02/02, Kecamatan Kota, Kudus, itu dalam rangka silaturrahim pengurus cabang IPNU-IPPNU dalam mempererat ikatan emosional dengan keluarga koordinator Forum Komunikasi Antar Pimpinan Komisariat (Forkapik) yang kebetulan periode ini digawangi oleh Inas, seorang pelajar putri.
“Dek Inas masih sekolah, dan ia seorang perempuan, tetapi menjadi koordinator membawahi pimpinan komisariat di masing-masing sekolah kabupaten Kudus. Tentu saja ini akan membuatnya lebih banyak keluar rumah, beraktivitas di organisasi. Nah, kiranya akan lebih bijak jika dari Pimpinan Cabang mengkomunikasikan ini kepada walinya. Hal ini pula yang direkomendasikan oleh Waka PSPM, selaku pengurus yang membimbing Forkapik,” terang Hidayah kepada NU Online, Sabtu (11/4).
Untuk sentuhan formal, Hidayah juga menyerahkan Surat Keputusan Bersama (SKB) yang memuat pengukuhan nama-nama pengurus Forkapik kepada Agus Riyadi dan Diah Setyowati, kedua orangtua Inas. Hidayah menjelaskan seluk-beluk kegiatan Forkapik di cabang dan orangtua Inas pun merestui putri sulungnya menjadi koordinator Forkapik.
Meski begitu, Agus Riyadi mengatakan, bahwa selama ini dirinya selalu mengontrol kegiatan putrinya itu. Ia memendam kekhawatiran kalau-kalau putrinya menjadi anak gadis yang suka nongkrong di tempat ramai, berbonceng dengan lawan jenis, lupa waktu sampai meninggalkan shalat, atau pergaulan negatif lainnya.
“Sebagai orangtua, saya mengizinkan Inas aktif di organisasi ini, namun ya perlu ada batasan yang harus tetap dijaga sebagai anak gadis. Jadi selama ini, saya sering berpesan, Inas boleh berorganisasi, tapi tidak boleh nongkrong,” papar Agus.
Agus juga menekankan pentingnya komunikasi. Isu perampokan yang akhir-akhir ini marak membuat para orangtua semakin waspada jika anak perempuannya keluar, apalagi hingga malam hari. Baik untuk kegiatan les akademik maupun kepentingan organisasi.
“Yang tak kalah penting adalah komunikasi. Jadi kalau pulangnya agak kesorean, misalnya, minimal sms. Karena Inas anak putri, beda dengan anak putra. Saya lebih nyaman kalau Inas shalat maghribnya di rumah. Kalau memang acaranya belum selesai, saya ingatkan jangan sampai Inas meninggalkan shalat. Apa lagi ini di organisasi keagamaan,” terang Agus.
Bukan sekali ini saja IPNU-IPPNU Kudus silaturrahim dengan keluarga para aktivis. IPNU-IPPNU Kudus sengaja membiasakannya agar sedari keluarga, sudah terbangun jalinan emosi dan merestui putra-putrinya bergabung bersama rekanan aktivis lainnya. Seminggu sekali, setiap Selasa sore, para pengurus harian mengadakan pertemuan rutin yang biasanya diadakan di masing-masing rumah pengurus secara bergilir. Demikian sehingga terjalin keakraban dengan keluarga pengurus. (Istahiyyah/Fathoni)