Tegal, NU Online
Menjelang pergantian Tahun Baru 2014 di jejaring sosial seperti Facebook, Black Berry Messenger ataupun Twitter muncul imbauan untuk tidak merayakan tahun baru.
<>
Pasalanya tahun baru kali ini tepat pada bulan Safar pada rabu terakhir atau wekasan. Dalih yang muncul bahwa bulan tersebut bulan yang penuh musibah.
Wakil Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tegal, KH. Mahfudz Basori, mengakui masyarakat Nahdliyin memang mengenal Rabu Wekasan.
“Ada tradisi yang dilakukan sebagian orang, khususnya warga Nahdliyin, di hari Rabu Wekasan membacakan shalawat Nabi,” tuturnya di kediamannya Selasa (31/13) malam.
Selain itu, kata dia, di hari Rabu terakhir bulan Safar, warga Nahdliyin akan mengisinya dengan doa-doa tolak bala.
Tetapi kalau hari tersebut diturunkanya bala, Kiai Mahfud menepis anggapan tersebut. Alumni Pondok Pesantren Al Falah Ploso menjelaskan, manusia ditimpa musibah itu bukan persoalan hari atau bulan.
Takdir Allah tentang musibah bulan Safar, tidak peduli Rabu Wekasan, atau Kamis Wekasan. Jika sudah waktunya kena musibah ya kena musibah. “Di Islam sendiri itu kan tidak ada hari atau bulan sial,” ingatnya.
Yang membuat malapetaka itu, masih menurut Kiai Mahfudz, karena perayaan malam pergantian tahun baisanya diisi dengan kegaitan-kegiatan maksiat, pesta pora, hura-hura dan dalam hiruk pikuk keramaian tak beraturan.
“Inilah petakannya, moral dan akhlak manusia menjadi tak terarah,“ tegasnya. (Abdul Muiz/Abdullah Alawi)