Daerah

Lebih Dari 100 Tokoh Adat NTB Ikuti Kerapatan Adat

Sabtu, 16 Desember 2006 | 07:11 WIB

Mataram, NU Online
Sekitar 100 orang tokoh dan sesepuh adat se-Pulau Lombok dan Sumbawa hadir pada acara Kerapatan Adat dan Dialog Budaya serta Isu-Isu Strategis Kebangsaan, di Mataram, NTB, Sabtu.

Pada kegiatan Kerapatan Adat yang dibuka Gubernur NTB, Drs. H. Lalu. Serinata itu, seluruh peserta memakai pakaian adat masing-masing daerah.

<>Tokoh adat Lombok, Drs. H. Lau Mudjitahid nampak kelihatan lebih muda ketika memakai pakaian Adat Lombok, pakaian Adat Lombok yakni memakai kain panjang baju tampet dan ikat kepala serta menyelipkan sebuah keris di pinggang.

Demikian juga salah seorang sesepuh adat Sumbawa Dinullah Rayes memakai pakaian adat Sumbawa yang mirip dengan pakaian adat masyarakat Sulawesi Selatan atau Bugis.

Kerapatan Adat juga diharapkan menghasilkan fatwa adat yang berisi usulan kepada pemerintah mengenai penyelesaian konflik yang semakin sering terjadi di daerah itu, untuk menyelesaikannya perlu ada urun-rembuk para tokoh adat.

Dalam Kerapatan Adat juga dibahas upaya pengembangan kebudayaan yang sifatnya tradisional sebagai contoh sastra tutur lisan ’cilokak’ (salah satu jenis kesenian tradisional Lombok yang masih hidup hingga sekarang).

Kegiatan tersebut sebagai salah satu kegiatan menyambut Pekan Apresiasi Budaya (PAB) ke-16 NTB akan dibuka 17  Desember 2006 bertepatan peringatan HUT ke-48 Propinsi NTB.

Kegiatan juga dimeriahkan pawai budaya melibatkan para seniman, budayawan, sanggar seni serta para pelajar dan mahasiswa, menurut rencana dihadiri Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik.

Gubernur mengatakan, kebudayaan bersifat dinamis seiring dengan dinamika kehidupan masyarakat.

Budaya tradisional merupakan cikal-bakal kebudayaan modern yang masing-masing memiliki ruang tersendiri dalam kehidupan masyarakat.

Budaya tradisional memiliki arti penting dalam memberikan pemahaman mendasar serta membentuk pondasi yang kokoh bagi kehidupan sosial masyarakat.

Sedangkan budaya modern memberikan arah kepada masyarakat untuk mengurangi kehidupan sosialnya agar dapat mengimbangi dinamika kehidupan masyarakat untuk mengarungi kehidupan sosialnya agar dapat mengimbangi dinamika kehidupan masyarakat di daerah lain.

"Dalam rangka pembangunan kebudayaan memerlukan suatu payung pengembangan kebudayaan, yang nantinya dapat menjadi landasan untuk membentuk program kerja serta rencana-rencana pembangunan di bidang kebudayaan," katanya. (ant/dar)


Terkait