Setelah melalui persaingan yang cukup ketat dan memanas akhirnya Muslih terpilih menjadi ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Tegal menggantikan Agus Siswoyo untuk masa khidmat 2010-2013.
Dia terpilih dalam konferensi Cabang Gerakan pemuda Ansor di gedung PCNU Kabupaten Tegal lantai 2, Ahad (31/1).<>
Terpilihnya Muslih merupakan hasil dari sidang pleno yang dipimpin oleh Pimpinan Wilayah GP Ansor Jawa Tengah Jabil al Faruki, setelah dia menggondol 11 suara sementara rivalnya M. Hafidz hanya memperoleh 7 suara dari 18 suara yang diperebutkan 18 suara tersebut merupakan akumulasi suara dari 18 Pimpinan Anak Cabang (PAC) se-Kabupaten Tegal.
Sebenarnya dalam tahap penentuan bakal calon sudah muncul beberapa nama diantaranya adalah Muslih dari PAC Adiwerna 8 suara, M.Hafidz dari PAC Balapulang 6 Suara, Didi Permana dari PAC Talang 3 suara dan Muzamil dari PAC Tarub 1 Suara.
Dari 4 bakal calon tersebut setelah diklarifikasi pada peraturan tata tertib pemilihan ketua hanya Muslih dan M Hafidz saja yang bisa meneruskan tahap pemilihan, karena pasal 5 Ayat 3 menyebutkan calon yang bisa mengikuti tahap pemilihan ketua sekurang-kurangnya didukung 5 suara .
Ketua panitia Ahmad Muzamil melaporkan, jumlah peserta yang mengikuti konferensi cabang 70 peserta terdiri dari 54 utusan Anak Cabang dan 16 perwakilan Pengurus Cabang.
“Kami ingin tema yang terpampang dalam back ground, Berkhidmat untuk Tegal Gotong Royong bisa diaplikasikan dalam pengurusan berikutnya, jadi seusai konferensi bisa bersama-sama membangun GP. Ansor,” harapnya.
Ketua GP Ansor Kab Tegal Agus Siswoyo dalam sambutan pembukaanya mengatakan ”Tantangan dan hambatan bagi GP Ansor begitu sulit dan berat, untuk itu segala perbedaan yang terjadi dalam konferensi ini tidak boleh dijadikan perpecahan dan permusuhan karena kita adalah paseduluran (bersaudara),” tuturnya.
Sementara Ketua PW GP Ansor Jawa Tengah Jabil al Faruki menyarankan agar pengurus ke depan harus orang yang tahu dan mengerti organisasi. Tanpa didukung hal itu mustahil akan ada kemajuan karena ilmunya saja tidak mengerti apalagi akan memajukannya.
Ditambahkannya, “Selain itu Ansor harus kembali ke basic semula yaitu kaderisasi karena kaderisasi merupakan perangkat sistemik yang tidak bisa dilepas begitu saja, “ kalau tidak ada kaderisasi akan jadi apa NU ke depan ?” sarannya menggugah.
Kegiatan tersebut dibuka oleh Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Kab Tegal Ahmad Wasy’ari. Ia berpesan jangan sampai dalam proses perhelatan akbar yang ada di tubuh Ansor terjadi pembunuhan karakter seperti organisasi yang lain yang melakukan hal itu, sehingga muncul oposisi yang nantinya tidak menguntungkan bagi organisasi.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Rais Syuriah PCNU Kab. Tegal KH Hambali Utsman dan jajaran tanfidziyah, Muspika Kabupaten Tegal, Badan Otonom NU dan OKP Se Kabupaten Tegal, serta budayawan kondang asal Tegal Ki Entus Susmono. (miz)