Daerah

Mustasyar PBNU Kisahkan Bid’ah di Zaman Rasulullah

Senin, 9 April 2018 | 11:45 WIB

Mustasyar PBNU Kisahkan Bid’ah di Zaman Rasulullah

Mustasyar PBNU, KH Adib Rofiuddin Izza

Cirebon, NU Online
Akibat salah memahami hadits Nabi, perbuatan bid’ah seringkali masih disalahpahami beberapa orang sebagai sesuatu hal yang buruk. Padahal, perbuatan bid’ah dapat berarti hal yang baik dan inipun sudah muncul sejak zaman Rasulullah SAW.

Hal itu diungkapkan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Adib Rofiuddin Izza saat memberikan mauidzah hasanah pada Pengajian Umum Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren 2018, Sabtu (7/4).

Ia mengisahkan sebuah kisah tentang bid’ah ketika setelah mi’raj, Rasulullah mengundang sahabat Bilal. Saat perjalanan mi’raj tersebut, Rasul mendengar suara sandal Bilal di surga. Lalu, ia pun bertanya kepada Bilal perihal amal apa yang membuatnya demikian. Bilal menjawab bahwa setelah melaksanakan wudlu, ia melakukan shalat sunah wudlu dua rakaat.

“Inilah yang menyebabkan kau masuk surga,” kata Kiai Adib mengutip jawaban Rasulullah.

Kisah ini lanjut Kiai Adib, menunjukkan bahwa Rasulullah tidak pernah melakukan dan memerintahkan hal yang dilakukan oleh sahabat Bilal dan hal ini berarti bahwa shalat dua rakaat setelah wudlu merupakan bid’ah.

Selain kisah tersebut, Kiai Adib juga menyampaikan kisah lain sahabat yang melakukan bid’ah yaitu Abu Hurairah. Kisah tersebut menceritakan bahwa ada seseorang yang melaporkan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa Abu Hurairah membaca tasbih 1000 kali sebelum tidur. Mendengar cerita tersebut Rasulullah tidak melarangnya dan mengatakan tidak apa-apa.

Selain kisah tersebut Ketua Umum Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren ini juga mengungkapkan bahwa mushaf Al Qur’an pun adalah produk bid’ah karena Rasulullah tidak pernah memerintahkan Al Qur’an untuk dibukukan. (Syakir NF/Muhammad Faizin)


Terkait