Daerah

NU Mimika Papua Meriahkan Isra’ Mi’raj dengan Istighotsah

Senin, 2 April 2018 | 04:30 WIB

Mimika, NU Online
Rutinan istighotsah an-Nahdliyyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Mimika, Papua semakin hari kian meningkat. Bahkan pada peringatan Isra’ Mi’raj kali ini ada 3 istighotsah di 3 lokasi berbeda dan demikian jauh.

“Acara pertama di kampung Semeru SP6,” kata Asyari, Senin (2/4). Pria yang bertugas sebagai koordinator kegiatan ini mengemukakan kalau kegiatan di Mimika tersebut berlangsung Sabtu, (24/3) usai shalat Magrib.

Kegiatan dihadiri bukan hanya jamaah mushala, namun juga jamaah masjid dan kampung lain. Hal tersebut menjadi istimewa terjadi situasi keamanan di Mimika tidak kondusif. “Dari kegiatan ini, para jamaah juga sepakat akan membeli seragam batik NU untuk perkuat kerjasama,” katanya. 

Para jamaah putri yakni ibu dan anak juga kompak hadir dan bergabung di kegiatan shalawatan yang diiringi rebana tersebut. "Kerjasama antar jamaah semakin kuat dengan saling berkunjung dan pemesanan seragam NU," ungkap Asy'ari yang mewakili warga NU Kampung Semeru, Mimika.

Acara istighotsah gabungan selanjutnya diadakan Ahad, 25 Maret 2018 bakda Isya di masjid Al-Ikhlas km10. Hadir jamaah km14, Serui Mekar, dan masyarakat kota. Ratusan orang turut memadati masjid. 

"Kunci kita kuat itu rukun. Ibarat lidi gampang patah jika bercerai. Jika menyatu dan rukun akan kuat sehingga namanya menjadi sapu,” kata Wakil Ketua Pimpinan Cabang NU Mimika, Sugiarso. 

"Tali sapu atau dalam bahasa Jawa disebut suh itu dilambangkan di logo NU dengan tali melilit dunia. Inilah fungsi tali dunia di dalam logo NU.  Cara kita menjadi sapu adalah silaturahim dan saling berkunjung dan membantu seperti acara malam ini,"urainya.

Istighotsah dan peringatan Isra’ Mi’raj berikutnya di mushalla Baiturahman jl Serui Mekar, Mimika, Jumat (30/3). Hadir pada kegiatan yang berlangsung usai Isya ini warga dari km10, km14, Sp3, dan sekitarnya. Acara berlangsung dengan hikmah diiringi shalawat Jawa oleh grup Shalawat  Mafia, pimpinan Imam dan Rahman.

"NU itu fleksibel. Tali bisa untuk pukulan dan pikulan serta bisa untuk tali. Hal ini tidak terbalik. Bahkan bukti NU fleksibel,” urai H Syamsul. 

Dalam penje;asan berikutnya bahwa jika tidak ada NU, maka tidak ada Nusantara, yang ada Santara saja. “Ini karena NU itu lentur,” ungkap sesepuh mushala Baiturahman. 

Pada saat yang sama, UstadzHasyim meminta agar warga mengikuti jalan yang ditempuh ulama NU agar selamat dunia akhirat.

"Tali ternyata bisa untuk pikulan, artinya sapu bisa terwujud jika ada tali untuk menyatukan lidi yang berserak. Itulah fungsi tali dunia di dalam logo NU dalam jamaah dan jam'iyah,” kata Sugiarso, Wakil Ketua PCNU Mimika 

Acara ditutup dengan donasi buku buku dan Al-Qur’an kepada Mushalla Baiturahman oleh Sugiarso dan Ustadz Hasyim. Dan saat itu, bantuan diterima H Syamsul dan H Iswahab. 

Pada saat yang sama, lagu Ya Lal Wathan dinyanyikan dengan semarak yang diiringi shalawat khas NU yakni menggabungkan rebana, gong, kentongan, saron, drum dan musik lain. (Red: Ibnu Nawawi


Terkait