Sebelum Jum’atan, Warga Cibiru Tradisikan Tahlil dan Shalawat Nariyyah
Jumat, 19 September 2014 | 13:02 WIB
Bandung, NU Online
Sebelum Shalat Jum’at, warga kelurahan Pasirbiru, Cibiru, Bandung sampai terbiasa menggelar Tahlilan dan membaca Shalawat Nariyyah. Seperti di masjid Al-Barokah Jumat (19/9) jamaah membacakannya hingga sebelum dimulainya khotbah Jum’at.
<>
Ketua Pengurus Masjid Al-Barokah Doden Anwarudin mengatakan tradisi tersebut telah ada sejak berdirinya masjid. Tradisi itu mengundang jamaah untuk segera datang ke masjid disamping mengisi waktu menunggu waktu dhuhur tiba. “Meskipun tidak banyak yang bisa mengaji, kalau ada imamnya kan minimal semua jamaah bisa mengikuti,” ungkapnya Jumat (19/9).
Tahlilan, menurut pria berusia 58 tahun ini, merupakan salah satu cara untuk mendoakan kepada seluruh keluarga yang sudah meninggal, termasuk juga guru-guru, anak, cucu dan lain-lain. Selain itu, dapat sebagai doa untuk segala macam tujuan, baik itu yang bersifat duniawi maupun ukhrawi.
“Mengingat hari Jum’at dari beberapa keterangan kan sebagai sayyidul ayyam yang diyakini hari yang dapat mengabulkan doa,” terang Doden ketua pengurus masjid yang beralamat di Kelurahan Pasirbiru Rw 2.
Ia berpendapat apa yang dilakukan warganya untuk meneruskan tradisi yang dahulu, mendoakan orang yang meninggal hukumnya mubah, “bagi kami mendoakan orang yang sudah meninggal itu lebih baik, walaupun ada orang yang mengatakan itu bid’ah, tapi disini tetap bertahan menjalankan tradisi tersebut,” tegasnya kepada NU Online yang ditemui seusai shalat Jum’at.
Masih kata Doden, tradisi Tahlil dan Shalawat Nariyyah ini perlu dilanjutkan, apalagi banyak hikmahnya, lebih banyak manfaatnya daripada madharatnya.
“Biasanya sebelum Jum’atan kan ada kalanya orang banyak yang mengobrol membicarakan hal-hal duniawi, tapi kalau ada yang menuntun membaca doa-doa dan shalawat, minimal orang bisa mendengarkan walaupun tidak mengikuti,” imbuhnya. (Muhammad Zidni Nafi’/Abdullah Alawi)