Negombo, NU Online
Serangkaian teror bom yang terjadi di beberapa lokasi di Sri Lanka pada Hari Paskah, Ahad, 21 April lalu menimbulkan masalah baru, yaitu konflik sektarian. Sebelumnya, otoritas Sri Lanka mencurigai kalau dalang di balik teror bom adalah kelompok Islam radikal lokal di negara itu, National Thowheed Jamaath (NTJ). Kecurigaan itu membuat konflik sektarian merebak dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan umat Islam, sebagai pihak tertuduh. Bahkan, umat Islam Sri Lanka harus mengungsi karena khawatir setelah menerima ancaman pembunuhan.
Ratusan warga Muslim pendatang dari Pakistan yang menetap di Kota Negombo, Sri Lanka, terpaksa harus meninggalkan rumahnya. Dengan menaiki bis sewaan, mereka mengungsi ke tempat yang dirasa lebih aman setelah menerima ancaman balas dendam dari penduduk setempat akibat teror bom tersebut.
“Karena serangan bom yang terjadi di sana, warga Sri Lanka menyerang rumah-rumah kami. Sekarang kami tidak tahu harus pergi ke mana," kata Adnan Ali, warga Muslim etnis Pakistan, dikutip Reuters, Kamis (25/4).
Farah Jameel, seorang Muslimah Sri Lanka lainnya, bahkan mengalami nasib yang lebih tragis lagi. Dia bahkan harus meninggalkan tempat tinggalnya di Negombo setelah diusir oleh pemilik rumah yang disewanya. “Dia bilang, 'pergi sana dan tinggal saja sesuka kamu, tapi jangan tinggal di sini!'," kata Farah.
Kepolisian Sri Lanka menyatakan, pihakanya sudah mengamankan sejumlah orang yang diduga merusak rumah-rumah Muslim setempat. Pihak kepolisian juga menggeledah rumah-rumah Muslim setempat setelah menerima aduan dari warga lokal terkait kelakuan Muslim yang dinilai mencurigakan.
Kapolsek Katara, Herath BSS Sisila Kumara menerangkan, pihak kepolisian sudah mengamankan 35 Muslim yang mengungsi di masjid setempat. "Semua warga Pakistan dibawa ke tempat aman. Hanya mereka yang menentukan kapan akan kembali,"kata Kumara.
Pada Hari Paskah, Ahad (21/4) lalu terjadi serentetan serangan bom di di delapan lokasi di Sri Lanka; tiga di kebaktian gereja, tiga di hotel mewah, satu di luar kebun binatang di selatan Ibu Kota Kolombo, dan satu lagi di pinggiran kota. Kejadian itu menyebabkan 359 orang meninggal dunia dan sekitar 500 orang mengalami luka-luka. (Red: Muchlishon)