Nasional

Cerita Dokter Umar tentang Gus Dur sebagai Pendengar yang Baik

Sab, 25 Juli 2020 | 10:00 WIB

Cerita Dokter Umar tentang Gus Dur sebagai Pendengar yang Baik

KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). (Foto: dok. NU Online)

Jakarta, NU Online

Di sebuah ruang rawat rumah sakit, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang sedang terbaring dikunjungi banyak orang, mulai dari pejabat hingga rakyat biasa.


dr Umar Wahid, adik kiai yang akrab disapa Gus Dur, menceritakan bahwa rekan-rekan dokternya merasa aneh dengan sikap Gus Dur. Sebab, di hadapan pejabat, ia tidak tampak lebih rendah, sedang saat bersama masyarakat biasa tak terlihat lebih tinggi.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Begitu dr Umar menceritakannya saat Webinar Komunikasi yang digelar oleh Yayasan Kesejahteraan Muslimat Nahdlatul Ulama (YKMNU) pada Sabtu (25/7).


Ia pun segera menyampaikan cerita dari rekan-rekannya ke kakaknya guna mengonfirmasi dan mencari tahu apa yang menjadi kunci hal tersebut.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


"Kamu harus menjadi pendengar baik," kata Gus Dur ke adiknya tersebut.


Lebih lanjut, putra sulung KH Wahid Hasyim itu menjelaskan bahwa bagaimana hendak memberikan respons yang baik, sementara memahami pun tidak. "Boro-boro membantu dia, kamu paham juga nggak," kata Gus Dur, sebagaimana diceritakan Gus Umar.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Ia meyakini betul hal demikian bisa dilakukan anggota YKMNU di manapun berada. "Yang penting mau memulai," katanya.


Setelah mendapat penjelasan itu, putra keempat Kiai Wahid dan Nyai Solichah itu lebih aktif mendengar dan tidak lagi memperhatikan cara bicara orang. Sebab, ia mengaku lebih fokus pada apa yang disampaikan mitra tuturnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


"Setelah mau mendengar, saya tidak lagi memperhatikan cara berbicara, tetapi saya fokus apa yang dia bicarakan, apa sih maunya dia," katanya.


Hal tersebut menggerakkannya untuk mengunjungi seluruh unit di rumah sakit yang dipimpinnya, mendengar semua apa yang disampaikan oleh rekan-rekan kerjanya.


Senada dengan apa yang disampaikan oleh dr Umar, Pembina YKMNU Nyai Hj Mahfudhah Ali Ubaid juga menyampaikan bahwa kunci komunikasi adalah kesabaran dalam mendengar. Ketika orang bercerita belum sampai pada puncaknya, tetiba dipotong di tengah, hal ini membuatnya tidak bahagia.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Dengan bertambahnya ilmu komunikasi ini, Nyai Mahfudhah berharap anggota Muslimat NU lebih matang dalam berkomunikasi sebagai pendengar baik.


Kegiatan ini diikuti oleh anggota YKMNU dari seluruh Indonesia. Hadir pula anggota dari PCI Muslimat NU di berbagai negara, seperti Hongkong, Taiwan, Sudan, dan sebagainya.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad

ADVERTISEMENT BY ANYMIND