Nasional

Ini Alasan Adu Domba dengan Hoaks di Indonesia Tidak Berhasil 100%

Jumat, 18 Januari 2019 | 16:05 WIB

Ini Alasan Adu Domba dengan Hoaks di Indonesia Tidak Berhasil 100%

Foto: Muh. Yasir Alimi (kiri) mempresentasikan bukunya yang dihadiri Humas Polri, Pusat Penerangan TNI, psikolog sosial dan praktisi komunikasi publik

Jakarta, NU Online
Strategi yang dilakukan oleh kelompok tertentu untuk mengadu domba masyarakat Indonesia dengan memproduksi dan menyebarkan hoaks tidak sepenuhnya berhasil di Indonesia. Ada beberapa hal yang menyebabkan peredaran berita palsu yang berorientasi memecah belah ini tidak menimbulkan kekacauan yang lebih besar seperti di Timur Tengah.

Demikian dalam diskusi Buku Mediatisasi Agama, Post-Truth dan Ketahanan Nasional karya Moh. Yasir Alimi di Jakarta, Jum'at (18/1). Diskusi buku yang diadakan oleh Majelis Dzikir Hizbul Wathon (MDHW) ini dihadiri oleh Humas Mabes Polri dan Pusat Penerangan TNI.

Sekjen MDHW Hery Haryanto Azumi mengatakan, di Indonesia ada banyak ormas Islam moderat seperti NU dan Muhammadiyah yang berhasil menetralisir berbagai isu yang mengancam disintegrasi bangsa. Kehadiran ormas moderat ini menjadi sangat penting karena di era "post-truth" isu yang penting untuk dikelola di Indonesia adalah isu-isu agama, bukan isu-isu sains atau yang lain.

"Di indonesia ada ormas islam moderat seperti NU, Muhammadiyah dan lain-lain yang menyebabkan hoaks mengenai agama tidak sepenuhnya berhasil diterapkan di Indonesia. Kita tidak bisa dipecah-belah. Kita sudah terbiasa hidup dalam keberagamaan," katanya.

Dikatakan, Arab Spring di Timur Tengah adalah gerakan perlawanan oleh rakyat yang kemudian diarahkan oleh kekuatan tertentu untuk melawan negara. Salah satu caranya adalah dengan menyebarkan hoaks melalui media informasi. Hasilnya, beberapa negara seperti Tunisia, Libya, dan Suriah porak-poranda.

Meski strategi seperti itu tidak sepenuhnya berhasil diterapkan di Indonesia, semua bentuk hoaks yang mengadu domba untuk menghancurkan pondasi keberagamaan harus dihentikan.

"Kita optimis bisa membangun dari dalam sesuai apa yang kita miliki. Kita memiliki sejarah masa lalu untuk membentuk masa depan. Tidak ada keraguan bahwa kita tidak harus meniru Arab, Amerika, atau Cina. Kita sendiri bisa membentuk masa depan kita sendiri; Indonesia yang berangkat dari diri sendiri," pungkasnya. (Anam/Alhafiz K)


Terkait