Nasional

Kesetaraan dan Moralitas, Pesan Pidato Terakhir Nabi di Bukit Arafah 

Ahad, 15 November 2020 | 14:35 WIB

Kesetaraan dan Moralitas, Pesan Pidato Terakhir Nabi di Bukit Arafah 

Sesuai dengan pesan Nabi lanjutnya, makhluk terhebat adalah mereka yang paling komitmen (takwa) kepada Allah SWT dari bangsa dan etnis apa pun mereka berasal.

Jakarta, NU Online
Islam adalah agama kesetaraan (equality atau al-musawat). Tidak boleh ada seseorang atau komunitas manapun yang berhak mengklaim sebagai makhluk terhebat di muka bumi ini atas nama apapun baik etnis atau klan apapun. Penegasan ini disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam sebuah pidato pamungkas di bukit Arafah, setahun sebelum wafat.

 

"Tausiyah terakhir Kanjeng Nabi ini mendestroy dan merontokkan hegemoni etnisitas (kesukuan, kabilah, kebangsaan), hegemoni klan (nasab, keturunan) dan hegemoni atas nama apapun yang sebelumnya diagung-agungkan," tegas Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel, Ahad (15/11).

 

Sesuai dengan pesan Nabi lanjutnya, makhluk terhebat adalah mereka yang paling komitmen (takwa) kepada Allah SWT dari bangsa dan etnis apa pun mereka berasal.

 

"Jika kita memakai pendekatan ilmu tawarikhul mutun (historitas konten hadis) maka dipastikan hadits atau pesan pamungkas Kanjeng Nabi ini tidak mungkin ada yang menasakh atau membatalkannya," jelasnya melalui akun Facebook miliknya.

 

Selain pesan tentang kesetaraan dalam pidatonya ini, Nabi Muhammad juga menyampaikan pesan tentang moralitas. Hal ini dipaparkan Muadz bin Jabal, seorang 'Duta Besar'nya Nabi yang pernah bertugas di Yaman dan termaktub dalam karya Imam Malik yaitu Al-Muwatta’ yang dijelaskan oleh Sang Prolific As-Suyuti dengan Tanwirul Hawalik-nya.

 

"Moralitas, meski populer dengan istilah Makarimal Akhlaq sebenarnya dalam referensi Sembilan Kitab Hadits Utama (Bukhari, Muslim, Nasa’i, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Muwatta’ dan Darimi) lebih dikenal dengan diksi Husnal Akhlaq (حسن الأخلاق) dan Salihal Akhlaq (صالح الأخلاق)," papar Maftuh.

 

Moralitas yang dipesankan oleh Nabi Muhammad ini terang Maftuh, tidak hanya moral yang baik (husnal akhlaq), namun juga moralitas yang Shalih (Salihal Akhlaq). "Karena baik belum tentu shalih," tegasnya. 

 

"Kata Shalih dalam filologi Arab berarti elok dan berdampak kemaslahatan untuk orang lain. Shalih juga bisa bermakna kompatibel (sesuai) dengan nilai-nilai lokal dan berdampak positif untuk masyarakat," tambahnya.

 

Karena itu dapat disimpulkan, ada dua pesan terakhir Nabi Muhammad kepada umatnya yakni menjadikan Islam sebagai agama kesetaraan dan agama moral.

 

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan