Dunia saat ini penuh dengan kabar hoaks dan fitnah merajalela. Tidak hanya di Indonesia, hal ini pun merambah di berbagai negara. Karenanya gelaran pertemuan sufi dunia dinilai penting.
"Muktamar yang sangat penting di dalam waktu yang sangat tepat ketika dunia dipenuhi fitnah dan tantangan untuk mengaburkan citra Islam, mencemarkan kesucian agama ini," kata Syekh Abu Bakar Ahmad, Mufti India, saat memberikan sambutan pada pembukaan Pertemuan Sufi Dunia di Pendopo Kajen, Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (8/4).
Sebab, katanya, tasawuf bergerak mengesampingkan kedengkian untuk memunculkan rasa toleransi, saling memaafkan terhadap manusia dan berbaik sangka kepada Allah dan makhluk-Nya. Hal tersebut berdasarkan pada salah satu rukun agama, yakni Ihsan. "Tasawuf didasarkan pada asas Ihsan," ujarnya.
Mengutip Wali Qutub al-Imam al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad, Syekh Abu Bakar menjelaskan bahwa tasawuf adalah keluar dari perilaku yang tercela dan masuk ke dalam akhlak yang terpuji.
Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa sufi merupakan orang yang hatinya bersih dari kotoran, penuh hikmah, tidak pamrih, tidak silau dengan emas dan perhiasan lainnya.
"Perbuatan, kata-katanya, dan niatnya bersih dari ria dan bersih dari kungkungan hawa nafsu dan suudzon (buruk sangka) serta menyakiti saudara lain," ujarnya.
Ia mengungkapkan bahwa upaya tersebut harus diapresiasi positif. Terlebih pertemuan ini dikerjasamakan dengan aparatur negara, terutama Kementerian Pertahanan.
"Dengan fasilitas dan mediasi dari negara, sufi telah berperan baik dan penting dalam menciptakan rasa aman," pungkasnya.
Pembukaan Forum Sufi Dunia ini dihadiri oleh Rais 'Aam Jamiyyah Ahli Thariqah al-Mutabarah al-Nahdliyah (Jatman) Maulana Habib Muhammad Lutfi bin Ali bin Yahya dan Menteri Pertahanan Jend TNI Purn Ryamizad Ryacudu.
Kegiatan bertema Peranan Tasawuf untuk Kebahagiaan Manusia dan Keselamatan Negara ini diikuti oleh 3500 peserta yang terdiri dari mursyid, muqaddam, badal, khalifah tarekat-tarekat mu'tabarah dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, hadir pula 87 ulama dari 36 negara. (Syakir NF/Muhammad Faizin)