Nasional

Sesepuh Buntet Pesantren Titip Bangsa Indonesia agar Dijaga dengan Akhlak

Ahad, 3 Agustus 2025 | 06:00 WIB

Sesepuh Buntet Pesantren Titip Bangsa Indonesia agar Dijaga dengan Akhlak

Sesepuh Pondok Buntet Pesantren Cirebon KH Adib Rofiuddin Izza dalam Pengajian Umum Haul Buntet Pesantren Cirebon, Jawa Barat, pada Sabtu (2/8/2025) malam. (Foto: TVNU/Miftah)

Cirebon, NU Online

Sesepuh Pondok Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat, KH Adib Rofiuddin Izza menitipkan bangsa Indonesia agar dijaga dengan akhlak.


Pesan tersebut disampaikan dalam Pengajian Umum Haul Almarhumin dan Sesepuh Pondok Buntet Pesantren, Cirebon, pada Sabtu (2/8/2025) malam.


"Yang punya negara hari ini ada di sini, di Buntet. Maka kami titip bangsa ini agar dijaga dengan akhlak," ujar Kiai Adib.


Menurut Kiai Adib, akhlak merupakan fondasi dalam merawat bangsa dan negara. Ia lantas menyayangkan munculnya fenomena tokoh publik keagamaan yang justru tidak mencerminkan akhlak mulia dalam tindakannya.


"Orang shaleh itu tidak sibuk mengolok atau memprovokasi. Kalau ada orang, meski mengaku kiai, ustadz, atau habib, tapi isi ceramahnya hanya mencaci dan membenci, saya pastikan seribu persen: dia bukan orang shaleh," tegasnya.


Kiai Adib menegaskan bahwa akhlak lebih tinggi nilainya daripada popularitas. Sementara menjaga marwah bangsa bukan hanya soal strategi dan kebijakan, tetapi juga soal perilaku.


Lebih lanjut, Kiai Adib menguraikan tiga ciri utama orang shaleh yang menjadi rujukan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.


Pertama, bersilaturahim kepada orang yang memutus silaturahim.


"Kalau silaturahmi kepada orang yang dekat itu biasa. Tapi orang saleh menyambung silaturahmi kepada mereka yang memutuskannya," jelas Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.


Kedua, bersedekah kepada orang yang tidak disukai.


"Amal shaleh itu ketika kita bisa sedekah ke orang yang memfitnah kita. Itu yang dilakukan para ulama kita terdahulu," tuturnya.


Ketiga, memaafkan dan mendoakan orang yang menzalimi.


"Orang shaleh bukan hanya memaafkan, tapi juga mendoakan orang yang menghina, mencaci, bahkan merusak bangsa. Bukan malah mendoakan stroke atau mati muda. Itu bukan akhlak orang beriman," ujarnya.


Kiai Adib juga menyinggung maraknya ceramah-ceramah provokatif yang menjadikan mimbar sebagai sarana menyerang sesama.


"Kalau ada mubaligh mendoakan orang pendek umur, menyebut pihak lain dengan sebutan kasar, meskipun dia ketua PBNU sekalipun, bukan orang saleh,” jelas Kiai Adib.


"Perbedaan pendapat adalah hal lumrah, tetapi harus dibingkai dalam adab dan kasih sayang," pungkasnya.


Sebagai informasi, acara Pengajian Umum Haul Buntet Pesantren 2025 ini menghadirkan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Malang KH Marzuki Mustamar, dan Ketua MPR RI Ahmad Muzani.