Nasional

Barang dalam Kapal Karam di Cirebon Bukti Jalur Rempah Jadi Lintasan Dunia

Sab, 23 Desember 2023 | 22:00 WIB

Barang dalam Kapal Karam di Cirebon Bukti Jalur Rempah Jadi Lintasan Dunia

Kegiatan Susur Kultur: Kembara Rempah Nusantara di Makara Art Center Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Kamis (21/12/2023). (Foto: Dokumentasi pribadi Idris Masudi)

Jakarta, NU Online
Di laut dekat Cirebon, Jawa Barat, terdapat kapal karam yang diduga sudah ada sejak abad ke-10. Kapal tersebut bermuatan emas dengan beragam bentuknya, seperti kalung, anting, gelang. Ada pula muatan koin China, kendi, manik-manik, batu cincin, hingga wadah tinta untuk menulis yang terbuat dari kayu jati.


Barang-barang tersebut saat ini tersimpan di Qatar. Pengajar di Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta Idris Masudi melihat benda-benda tersebut secara langsung saat berkunjung ke sana sebagai tim residensi Qatar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


Idris melihat bahwa barang-barang tersebut memiliki kemiripan dengan sejumlah barang yang terdapat di Sibolga, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Ia juga melakukan riset di sana sehingga mengetahui betul kemiripan benda yang ditemuinya di Sibolga dan di Qatar.


Apa yang ditemuinya di dua lokasi itu juga sejalan dengan hasil bacaannya atas manuskrip-manuskrip berbahasa Arab yang ditulis oleh para penjelajah dari Timur Tengah mengenai Nusantara.


"Abad 9-10 ini sesuai narasi kitab pelancong. kami kroscek yang tertulis dengan materi budaya yang kami lihat di Museum Qatar itu sama dengan di Situs Jagojago Sibolga," katanya saat Susur Kultur: Kembara Rempah Nusantara di Makara Art Center Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Kamis (21/12/2023).


Idris menegaskan bahwa hal tersebut menunjukkan bahwa pada abad 10, sudah ada ketersambungan hubungan perniagaan antara Sriwijaya, Cirebon, hingga China. Tentu saja ke arah baratnya, jalur perdagangan ini tersambung hingga ke Timur Tengah.


Ia semakin yakin dengan Jalur Rempah yang menjadi penghubung Nusantara dengan dunia internasional itu saat melihat secara langsung Situs Murwab yang sampai saat ini masih terus diekskavasi Pemerintah Qatar. Pasalnya, material pecahan kendi yang terdapat di sana, jika dicek dengan apa yang tersimpan di Museum Qatar itu mirip sekali bendanya.


"Kalau kita lihat nanti display antara kapal Cirebon itu berdekatan. Barang-barangnya memiliki kemiripan. Kami menduga jejak barang-barang kita ada di sana pada waktu itu," kata Anggota Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) itu.


Karena Murwab dan sejumlah bandar di Qatar memiliki perairan dangkal, ia menduga kapal besar di zaman dulu tidak sampai bersandar di sana. Namun, ada kemungkinan kapal-kapal kecil yang membawa sejumlah barang Nusantara ke wilayah tersebut, entah dari Siraf di Persia atau dari wilayah Timur Tengah lain, seperti Muscat di Oman.


Senada, Adimas Bayumurti, tim residensi Qatar, juga menyampaikan bahwa setidaknya ada tiga situs yang ia bersama tim Qatar kunjungi, yakni Murwab, al-Zubara, dan al-Ruwaida. Ketiganya merupakan wilayah yang berperairan dangkal. Namun, ketika diperhatikan secara saksama, barang-barang yang terdapat di tiga situs itu memiliki kemiripan dengan yang ditemuinya di Museum Qatar berisi barang-barang dari kapal tenggelam di perairan Cirebon, Jawa Barat.


"Banyak mirip ketika dikomparasi antara barang-barang Murwab dan temuan artefak di Cirebon," ujar peneliti Bayt al-Qur'an itu.


Emas dengan beragam bentuk yang terdapat di Qatar dugaannya dari Nusantara. Karenanya, ia menegaskan bahwa riset hubungan Nusantara dan Timur Tengah masih berpotensi sangat besar.


"Kalau ada barang dari China sudah jauh dari Arab. Kalau sudah di China, berarti sudah melewati Indonesia," pungkasnya.


Sementara itu, Fathurahman Karyadi anggota tim residensi Qatar, menyebut sejumlah kitab yang menyimpan informasi mengenai Nusantara di masa silam. Di antaranya, al-Mughni fi al-Adawiyah al-Mufradah, sebuah ringkasan karya Ibnu Baithar, yang mencamtumkan pala, jinten, pala Maluku, hingga lada. Di dalam kitab tersebut, katanya, terdapat penjelasan mengenai pengolesan lada hitam pada bagian yang sakit agar sembuh.


"Kalau kita sakit, lada hitam bisa dioleskan di bagian tubuh yang sakit. Ketika itu saraf sendi kita bisa kembali normal," katanya.


Atung, sapaan akrab Fathurrahman, juga menyebut kitab Majmu min Jazirah Jawa Indonesia yang terdapat di Qatar. Menurutnya, kitab tersebut memiliki judul asli Risalah fi Kaifiyah Lailah a-Jumat atau Ratib Tarekat Saman karya Syekh Abdusshomad al-Falimbani.


"Naskah ini ukirannya bisa menjadi iluminasi batik," ujar pengurus Pesantren al-Hamidiyah, Depok, Jawa Barat itu.