Nasional

Syekh Taufiq Al-Buthi Ungkap Awal Mula Terjadi Perang di Suriah

Selasa, 12 Maret 2019 | 09:30 WIB

Syekh Taufiq Al-Buthi Ungkap Awal Mula Terjadi Perang di Suriah

Syekh Taufiq Al-Buthi (via istimewa)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Persatuan Ulama Bilad Syam (Suriah) Syekh M. Taufiq Ramadhan Al-Buthi mengungkapkan awal mula terjadi perang di negaranya, Suriah. Dia tidak memungkiri bahwa dahulu negaranya damai walau berbeda suku dan agama.

Namun, fitnah yang membenturkan antarumat beragama berdampak besar, yaitu perang yang memporak-porandakan negeri yang pernah menjadi tujuan dagang Nabi Muhammad tersebut.

Syekh Taufiq berkisah, dulu masyarakat Suriah punya pengalaman hidup bersama, berwarna-warni, dari kelompok beragama. Dia menerangkan, di salah satu distrik di Damaskus, ada kelompok Sunni, Syiah, Yahudi, Kristen Orthodox, Kristen Protestan, Kristen Katolik yang hidup dalam satu flat. Kami tidak merasakan gesekan.

“Kemudian tahun 2000, Bashar al-Assad dilantik menjadi Presiden Suriah. Dia membuat terobosan ekonomi dan membuka kampus-kampus swasta. Ini positif,” ujar Syekh Taufiq seperti dikutip NU Online, Selasa (12/3) dari wawancara eksklusifnya bersama Harian Kompas, Sabtu (9/3) di Jakarta.

Namun demikian, Syekh Taufiq menjelaskan bahwa wilayah regional mengalami krisis. Kondisi ini dipertaruhkan dari intervensi internasional. Ada perang Ghaza, perang di Lebanon Selatan, dan perang Irak.

Rakyat Libya perang antarsesama (perang saudara, red), kekayaan negerinya dikuasai Eropa. Tunisia berusaha menjadi negara bebas, tapi malah tidak terkontrol. Mesir hampir saja dilanda perang saudara saat transisi antara Presiden Al-Sisi dan Al-Mursi. Yaman sekarang tidak seperti dulu.

“Suriah menjadi target selanjutnya karena berbatasan langsung dan mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. Mereka ingin memecah Suriah sehingga memudahkan dominasi Israel,” ungkap Guru Besar Universitas Damaskus ini.

Ditanya soal pemicu perang Suriah, Syekh Taufiq yang lekat dengan peci khas Nusantaranya tiap berkunjung ke Indonesia ini menyebut bahwa perang diawali dari fitnah yang membenturkan antara Alawiyah dan Sunni, antara Muslim dan Kristiani.

Dari fitnah tersebut, lalu masyarakat diprovokasi agar menuntut perbaikan, kebebasan, kemudian menurunkan rezim. Kelompok Kurdi juga didorong untuk memberontak.

“Lalu milisi asing dari berbagai belahan dunia masuk ke Suriah. Ada Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) atau ISIS dan Jabhah al-Nusra mendapat sokongan senjata dari Israel,” ucap putra Syekh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi ini.

“Banyak negara mengirimkan dana dan senjata ke Suriah. Negeri kami (seolah) menjadi medan latihan tempur. Damaskus dikepung dari berbagai sisi. Ini upaya Amerika dan Israel untuk memecah belah negeri kami,” imbuhnya. (Fathoni)


Terkait