Warta

Difabel Rutin Santuni Anak Yatim

Senin, 20 September 2010 | 19:57 WIB

Jombang, NU Online
Santunan biasanya diberikan orang mampu. Namun tidak ada larangan bagi orang kurang mampu untuk memberi santunan. Jika ada, pastilah Gus Oon terkena larangan tersebut.

Pria kelahiran 45 tahun silam ini selalu terlihat cerah. Senantiasa gayeng jika diajak ngobrol. Guyonan yang kerap dilontarkannya membuat waktu bertamu terasa singkat. Sehingga para tamu betah jagongan bersamanya hingga beberapa jam.<>

Padahal secara fisik, bapak dua anak yang sehari-hari tinggal di Desa Betek, Kecamatan Mojoagung tersebut termasuk difabel alias cacat.

Sejak usia dua tahun, kaki kirinya mengalami pengecilan sebab terserang folio. Sehingga sejak masa kanak-kanak hingga sekarang, untuk berjalan dia harus dibantu kruk. ''Tapi hakikatnya tidak folio. Sebab yang penting jiwanya ini yang sehat. Meski lawan 10 orang, jiwa ini masih berani,'' tegasnya.

Ceplas-ceplos dan blak-blakan memang ciri khas putra ketiga dari lima bersaudara ini. Seakan tidak kenal takut. Apalagi minder dan putus asa. ''Sejak kecil saya tidak pernah takut apalagi putus asa, selalu nekat.''

Sebab yang terpenting dalam hidup ini menurutnya adalah jujur. Juga senantiasa mengabdikan diri untuk Allah yang maha kuasa. ''Maha suci Allah bisa mewujudkan segala kehendaknya pada kita,'' ungkapnya.

Keyakinan seperti itulah yang membuatnya selalu optimistis menjalani hidup. Sekaligus bisa peduli terhadap orang lain. Setiap tahun, pihaknya selalu menyantuni anak-anak yatim piatu dan fakir miskin di Panti Asuhan Miftahus Saadah Betek Mojoagung. Baik memberi santunan dalam bentuk pakaian maupun uang.

''Saya ini bukan pengurus panti asuhan, saya hanya iba dengan mereka. Sebab sejak kecil saya juga yatim.'' Sejak dibangku SMP, dia sudah tidak punya ayah dan ibu. Demikian seperti dilansir Radar Mojokerto.

''Saya ini bingung kalau punya banyak uang,'' candanya lantas tertawa. Setiap hari, banyak tamu yang datang padanya. Baik dari Jombang sendiri maupun dari luar kota. Rata-rata mereka minta doa agar dilancarkan aktivitas bisnisnya ataupun hajat lainnya. Begitu gol, mereka lantas memberi sejumlah kompensasi padanya. ''Itu yang sering langsung saya suruh serahkan ke panti.''

Dia sendiri memilih hidup sederhana. Sampai sekarang belum punya kendaraan roda empat dan tinggal dirumah kontrakan bersama istri dan kedua anaknya. ''Tapi seperti itu pun masih ada juga yang mencela. Memang berat menjadi karyawan Allah itu.''

Gus Oon kembali bermukim di Mojoagung delapan tahun silam. Sebelumnya, sejak 1982 dia keliling pulau Jawa mulai Madura, Solo, Bandung hingga Banten. ''Saya pernah enam tahun di Banten dan sembilan tahun di Makam Sunan Ampel Surabaya.'' (ful)


Terkait