Semarang, NU Online
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pelaksana Rukyat Nahdlatul Ulama (NU) akan dibuka secara resmi oleh Menteri Agama Maftuh Basyuni Ahad (17/12) siang, pukul 13.00 WIB, bertempat di Komplek Masjid Agung Semarang Jawa Tengah. Diklat akan dilaksanakan selama seminggu ke depan.
Diklat ini merupakan salah satu rangkaian program Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) dalam rangka “Menciptakan Rukyat yang Berkualitas untuk Mengukur Perbedaan Hisab dan Fakta di Lapangan.” Pendidikan akan diberikan oleh para ahli hisab, astronom, dan praktisi rukyat yang berpengalaman dari PBNU, LFNU, LAPAN, Observatorium Bosscha, BAKOSURTANAL, Planetarium, BMG, BHR dan Departemen Agama.
<>Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi dan Rais Syuriah PBNU KH. Ma'ruf akan hadir dan memberikan pengarahan kepada para peserta Diklat sebelum materi disampaikan oleh para narasumber.
Peserta Diklat berjumlah 100 orang yang terdiri dari tiga anggota tim tetap pelaksana rukyat pengurus cabang NU yang mempunyai pos rukyat, yakni dari Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik, Kota Surabaya, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Rembang, Kabupaten Jepara, Kota Semarang, Kabupaten Batang, Kota Tegal, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Bantul, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Sukabumi, Kota Cilegon, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak.
Diklat juga diikuti oleh seorang pengamat atau koordinator rukyat dari Lajnah Falakiyah PWNU Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta, serta satu orang peserta dari PWNU Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Manado, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah, kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Sumatera Barat, Lampung, Sumatera Utara, dan Nangroe Aceh Darussalam (NAD).
PP LF NU juga melibatka beberapa pesantren-pesantren besar seperti Tebuireng Jombang, Lirboyo Kediri, Langitan Tuban, Salafiyah Syafi’iyyah Situbondo Al-Anwar Sarang Rembang, Maslakul Huda Kajen Pati, Al-Hikmah Brebes, Tegalrejo Magelang, Kalibeber Wonosobo, Al-Munawwir Krapayak Yogyakarta, Cipasung, Al-Masthuriyyah Tipar Sukabumi, Buntet Cirebon, Al-Itqon Cengkareng Jakarta Barat, Subulus Salam Balaraja Tangerang.
Diklat kali ini juga diikuti oleh satu para pengamat dan dosen falak/tim falak dari beberapa Perguruan Tinggi, antara lain, UNU Surakarta, INISNU Jepara, STAINU Temanggung.
Soal Hisab Penyerasian
Ketua PP LFNU KH. Ghazali Masroeri menyatakan, diklat kali ini difokuskan pada operasi rukyat siap pakai. Diklat tidak akan membahas kembali metode hisab (sistem perhitungan yang digunakan sebagai pemandu pelaksanaan rukyat: Red). “Jadi kita memakai metode hisab yang telah disepakati di lingkungan Nahdliyyin,” katanya di sela-sela persiapan Diklat.
Menanggapi penolakan PWNU Jawa Timur atas pemakaian metode hisab penyerasian, dikatakan Kiai Ghazali, forum kali ini tidak bermaksud mendiskusikan kembali metodologi hisab dan rukyat. Detegaskannya, metode hisab penyerasian dinilai paling akurat dan sebagai perpaduan dari sistim hisab yang berbeda-beda serta telah dirumuskan bersama PP LFNU dan pengurus falakiyah dari wilayah-wilayah termasuk Jawa Timur sendiri.
“Kalau pengen mendiskusikan lagi itu nanti urusannya dengan PBNU. Hisab itu kan merupakan output dari rukyat kenapa harus ditakuti. Di Kediri Jawa Timur ada yang bikin kitab hisab baru bernama Tadzkiratul Ihwan kenapa tidak aada yang memasalahkan,” katanya. (nam)