Jakarta, NU Online
Kecaman atas serangan tentara Israel terhadap milisi Hezbollah di Lebanon terus beruntun. Kali ini giliran kalangan muda NU yang bergiat di lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan lembaga kajian melancarkan kritiknya kepada negara Yahudi itu.
Kalangan muda NU dari beberapa LSM dan lembaga kajian di Jakarta meleburkan diri dalam “Aliansi Islam untuk Perdamaian Timur Tengah,” antara lain berasal dari Lakpesdam NU, Wahid Institut, LTN NU, ICRP, ICIP, Repro, Fatayat, JIL, Fredom Institut, Lesbumi, Fahmina, Desantara dan P3M.
<>Hingga hari kesembilan sejak pertempuran meletus pada Selasa (12/7) lalu, ratusan jiwa warga sipil tak berdosa melayang, ribuan orang lainnya terluka, gedung-gedung rata dengan tanah, dan sarana transportasi lumpuh.
Aliansi memperingatkan, jika Israel terus memuntahkan peluru-peluru dan rudal-rudal, korban sipil tak bersalah akan terus berjatuhan, baik di pihak lawan maupun di pihak Israel sendiri. Upaya mewujudkan perdamaian di wilayah Timur Tengah dikotori oleh Israel sendiri.
“Karena itu, Aliansi Islam untuk Perdamaian Timur Tengah yang merupakan gabungan dari individu maupun organisasi yang peduli kedamaian dan perdamaian, serangan segera dihentikan sebelum tragedi kemanusiaan yang lebih hebat terjadi,” kata Ahmad Suaedi, Direktur Eksekutif Wahid Institut (WI), di Jakarta, Jum’at (21/7), mewakili aliansi.
“Hezbollah melakukan aksi sepihak dengan melakukan penculikan, tidak mengindahkan kesepakatan. Penculikan itu sendiri sudah berarti perang. Sementara respon Israel sendiri terlalu berlebihan,” lanjut Suaedi mengutip statemen KH. Abdurrahman Wahid.
Aliansi meminta berbagai pihak yang terlibat dalam konflik berdarah itu segera menyelesaikan semua persoalan melalui jalur diplomasi. PBB dituntut untuk proaktif dalam proses penciptaan kedamaian abadi di Timur Tengah.
Sentimen Agama
Aliansi mengingatkan kepada semua pihak, bahwa yang dilakukan Israel bukanlah perang atas nama agama, namun hanyalah kepentingan geopolitik Israel. “Ini penting, karena banyak pihak yang selalu mengaitkan agresi militer dengan persoalan agama,” kata Suaedi.
Meski demikian, dirinya tidak menampik adanya sekte fundamentalis dalam tubuh Israel yang lebih keras dari pemerintah sendiri. Sekte fundamentalis Yahudi ini bukan tidak mungkin menganggap serangan Israel sebagai “jihad”. (nam)