Jakarta, NU Online
Sebagai bentuk komitmennya terhadap sektor kelautan, Gus Dur melaunching bukunya “Mengatasi Krisis Ekonomi: Membangun Ekonomi Kelautan Tinjauan Sejarah dan Perspektif Ekonomi” di Hotel Acacia Jakarta (21/09). Buku ini ditulis bersama dengan Hendi Kariawan, salah satu alumni FE Universitas Indonesia.
Dalam sambutannya, Hendy nyatakan bahwa ide untuk menulis buku ini timbul Ramadhan tahun lalu setelah melihat nasib para pelaut Indonesia yang saat ini terus menderita. Dalam hal ini Gus Dur lebih banyak mengupas tinjauan sejarah sedangkan Hendy mengupas dalam perspektif ekonomi.
<>Indonesia yang telah mengalami krisis berkepanjangan harus memanfaatkan potensi kelautannya yang luar biasa. “Reorientasi pembangunan ekonomi dari basis daratan ke basis kelautan mutlak diperlukan. Dengan luas wilayah 75 persen terdiri dari laut, sudah pasti nilai tambah ekonomi berbasis kelautan sangat besar potensinya, bukan mustahil bila kita menggarap potensi ini, secara sungguh-sungguh maka dalam waktu 10-15 tahun mendatang taraf kesejahteraan bangsa akan meningkat menjadi kelas menengah,” ungkapnya.
Sementara itu, Gus Dur yang berbicara dari aspek sejarah nyatakan bahwa reorientasi dari basis kelautan menjadi daratan diawali oleh Sultan Agung. Pola ini diganti dengan struktur baru yang berbasis agraris. Hal ini juga merubah tatanan budaya masyarakat.
Berdasarkan analisis sejarah, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar karena menguasai laut seperti zaman Sriwijaya dan Majapahit yang dulu sangat luar biasa karena menguasai laut. Kerajaan Islam Demak juga dapat berkembang luar biasa karena memperhatikan sektor kelautan.
Capres SBY yang diundang batal hadir karena kesibukannya menerima beberapa tamu. Tampak dalam acara tersebut Menteri Kelautan Rohmin Dahuri, Sarwono Kusumaatmadja, Alwi Syihab, Marzuki Usman, Mulyana W. Kusuma, Fuad Bawazier, Muslim Abdurrahim, Marwah Daud Ibrahim, ddan beberapa tokoh lainnya.(mkf)