Masyarakat Kudus dan sekitarnya tidak akan pernah melupakan KH Ma’ruf Asnawi (alm.), sesepuh Madrasah Qudsiyah dan khalifah Tarekat Syadzaliyah.
Pada Jum’at (4/9) lalu Ikatan Alumni Madrasah Qudsiyah (IKAQ) mengadakan haul Masyayikh Madrasah Qudsiyah dan KH Ma’ruf Asnawi ke-1, di gedung Yayasan Masjid Makam dan Menara Kudus. Acara tersebut dihelat untuk menghidupkan kembali ajaran-ajaran alim ulama yang menjadi guru di Madrasah Qudsiyah yang telah meninggal dunia.<>
Madarasah yang berdiri pada 1916 M ini menjadi tambatan keilmuan KH Ma’ruf Asnawi. Beliau mengabdikan diri untuk menularkan ilmunya kepada murid-murid di sana. Salah satu muridnya, KH Ahmad Asnawi yang sekarang meneruskan perjuangan beliau, menuturkan bahwa KH Ma’ruf Asnawi adalah seorang pribadi yang sedikit berbicara tetapi mempunyai mauidhoh banyak.
“Beliau kalau berbicara sedikit, tetapi sangat bermakna. Dalam mengajar beliau selalu menggunakan dalil tiga kitab, Al-Qur’an, Al-Hadits, dan kitab Alfiyah,” tuturnya.
Tradisi mengajar itu membuat Kiai Asnawi semangat untuk menghafal Alfiyah. Tetapi, keluhnya, kondisi itu mulai luntur. “Semangat murid-murid mengendor dalam menghafak Alfiyah. Kondisi ini diperparah dengan guru yang seenaknya dalam mengajar,” jelasnya.
Menurut Kiai Asnawi, pesan almarhum yang melahirkan identitas bagi KH. Ma’ruf Asnawi adalah perintah untuk menghormati dengan mengecup tangan habaib (keturunan Nabi Muahammad SAW) tanpa pandang bulu, besar atau kecil. Di mata KH Ma’ruf Asnawi semua sama dan akan mendapat barokah.
Sementara itu dalam bidang tarikat KH Ma’ruf Asnawi mempunyai kedudukan sebagai khalifah tarikat Syadzaliyah yang sekarang dipimpin oleh Al-Habib Muhammad Lutfi bin Yahya.
Dalam buku Bisnis Kaum Sufi : Studi Tarekat Dalam Masyarakat Industri (Radjasa Mu'tasim dan Abdul Munir Mulkan, 1998) dikisahkan pembaiatan KH. Ma’ruf Asnawi untuk menjadi khalifah. Jabatan hiarki dalam ketarikatan yang berfungsi sebagai wakil mursyid tarikat di suatu daerah yang mempunyai hak untuk membaiat.
Awalnya ketika kiai Ma’ruf sowan ke kediaman Habib Lutfi langsung disambut dengan hangat. Setelah berbincang sebentar, Habib Lutfi meminta kiai Ma’ruf untuk datang lagi beberapa waktu mendatang. Dalam masa itu kiai Ma’ruf menjalankan pesan Habib Lutfi untuk berpuasa. Setelah puasa usai, kiai Ma’ruf sowan kembali.
Tanpa disangka habib melemparkan sorban berwara merah kepada Kiai Asnawi. Peristiwa itu menjadi simbol pelantikan kiai Ma’ruf sebagai khalifah tarikat Syadzaliyah di Kudus.
Anehnya hingga wafatnya kiai Ma’ruf tidak pernah menggunkan hak itu. Seorang sesepuh di Kudus menceritakan bahwa alasan Kiai Asnawi sangat sederhana, yakni karena Habib Lufti masih ada (hidup).
Kini kesederhanaan beliau itu diperingati pada bulan Ramadhan yang penuh berkah. Haul ini rencananya akan diperingati setiap tahun oleh Ikatan Alumni Madrasah Qudsiyah. Haul tahun depan direncanakan jatuh pada bulan Syawal. (zak)