Warta

IPNU-IPPNU Harus Bisa Pahami Kondisi Remaja

Ahad, 9 Maret 2008 | 03:55 WIB

Bogor, NU Online
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) harus bisa memahami kondisi psikologis remaja agar proses kaderaisasi yang dilakukan bisa berjalan dengan baik.

"IPNU dan IPPNU adalah sebuah kamar besar untuk remaja. Kamar itu harus didesain sehingga para remaja yang masuk ke kamar merasa enjoy dan nyaman," kata Wakil Sekjen PBNU H Taufik R Abdullah saat berbicara dalam Workshop Nasional Pengembangan Organisasi di Ciawi, Bogor, Jum'at (7/3).<>

Acara diselenggarakan bersama oleh PP IPNU, PP IPPNU, PP Lembaga Pendidikan Ma'arif NU, PP Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) dan PP Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia (LTMI) di gedung Pusat Pelatihan Kepemimpinan Managemen dan Pertanian, Ciawi, Bogor, selama tiga hari, 7-9 Maret 2008.

Menurut Taifik, dua organisasi pelajar NU itu harus menyesuaikan dengan karakter remaja dari berbagai sisi, baik psikologis maupun emosional. Dikatakannya, penyesuaian karakter itu harus didesain dan diformat oleh remaja sendiri.

"Karakter remaja itu sangat luas. Remaja sekarang sangat susah dibedakan, baik muslim atau non muslimnya. Contohnya ada remaja yang pakai celana pendek dan tank top, ternyata juga datang ke masjid. Ini ternyata merupakan salah satu karakteristik remaja sekarang. Nah, bagaimana kita harus mendesain kamar kita untuk mereka agar enjoy ketika berada di dalam kamar kita," katanya.

Dikatakannya, IPNU dan IPPNU berkewajiban untuk menyapa remaja yang disebut 'nakal", 'bandel', dan sejenisnya. Jika perlu, didatangkan pakar yang kompeten untuk berbicara tentang hal itu.

Wakil Sekjen PBNU mengingatkan, IPNU dan IPPNU adalah perangkat yang bertugas untuk melaksanakan kebijakan NU terkait dengan santri, pelajar, dan remaja.

"IPNU dan IPPNU merupakan organisasi yang paling awal menyentuh orang dan kader, maka harus berpikir jauh untuk masa mendatang tentang perkembangan remaja sekarang. Saat ini, remaja sudah banyak yang pintar-pintar karena gizi, informasi, dan bacaan. Namun sayangnya hal itu tidak dibarengi dengan yang namanya ketaatan," katanya.

IPNU dan IPPNU perlu mewarisi cara bekomunikasi atau berdakwah yang telah dilakukan oleh Wali Songo dan para ulama yang menyebarkan Islam di Indonesia. "Kita harus berupaya untuk menciptakan daya tarik agar remaja mau mengikuti kegiatan IPNU dan IPPNU," kata Taufik. (nam)


Terkait