Jakarta, NU Online
Yusnari Nosra, khotib yang menghina mantan presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat sholat Jum’at di Masjid DPRD DKI Jakarta, menemui sekaligus meminta maaf kepada Gus Dur di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (28/8).
Yusnari yang juga Staf Biro Keuangan Pemda DKI Jakarta menemui Gus Dur ditemani anggota DPRD DKI, Nur Alam Bachtiar, yang saat itu memprotes isi khotbah yang disampaikan Yusnari.
<>"Saya telah meminta maaf kepada Gus Dur jika apa yang saya sampaikan dianggap salah," kata Yusnari kepada wartawan usai menemui Ketua Umum Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa tersebut.
Jum’at (25/8) lalu, Yusnari menjadi khotib sholat Jumat di Gedung DPRD DKI Jakarta. Dalam khotbahnya, ia berapi-api mengatakan, “Gus Dur enggak pantas jadi pemimpin karena telah menganggap al-Qur’an itu porno. Kalau meninggal enggak perlu disholatkan, bahkan dzikirnya saja bersama Inul.”
Kontan saja pernyataan Yusnari itu langsung diprotes jama’ah yang mengikuti sholat Jum’at. Dua orang jama’ah, yakni Mansyur Syahrozi (Ketua Fraksi Kebangkitan Reformasi), dan Mustaman (Anggota Fraksi PDI Perjuangan), langsung berteriak, “Turun! Batal!”
Saat ditanya apa motif dari khotbahnya yang provokatif itu, Yusnari mengaku tidak memiliki alasan dan tujuan tertentu, apalagi untuk menghina Gus Dur yang juga mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu.
Yusnari juga mengatakan apa yang disampaikan dalam khotbahnya yang oleh sebagian orang dianggap penghinaan terhadap Gus Dur, tidak lebih dari apa yang dia baca dari buku berjudul "Al Quran Dihina Gus Dur" karangan Hartono Ahmad Jais.
"Saya tidak ada niat untuk mencaci atau menghina Gus Dur, saya hanya menyampaikan (apa yang tertulis dalam buku tulisan Hartono) apa adanya," katanya.
Sementara itu, Bachtiar mengaku mengajak Yusnari untuk bertemu Gus Dur guna memberi klarifikasi serta menghindari kemungkinan kemarahan para pendukung tokoh panutan NU tersebut.
Menurut Bachtiar, Yusnari seorang yang polos sehingga isi buku tersebut ditelannya mentah-mentah dan disampaikannya kepada jamaah sholat Jum’at pekan lalu.
"Beliau ini orangnya polos, sehingga apa yang dilakukannya murni karena kepolosannya itu, tidak ada intrik politik atau pihak tertentu yang memanfaatkan atau menyuruhnya berbuat demikian," kata Bachtiar.
Terhadap permintaan maaf itu, Bachtiar mengatakan, Gus Dur menerima dengan baik sekaligus mengklarifikasi apa yang ditulis Hartono Ahmad Jais. Gus Dur juga maklum jika pemberitaan tentang penghinaan terhadap dirinya justru lebih seru daripada kejadiannya sendiri. "Biasalah pasti ada yang ditambah-tambahi," katanya menirukan pernyataan Gus Dur.
Hingga berita ini diturunkan, Gus Dur sendiri belum bisa dimintai keterangan karena tamunya terus berdatangan. (rif)