Warta

Mahasiswa NU di Timur Tengah Dianjurkan Belajar Hadlarah dan Sejarah

Sabtu, 22 Juli 2006 | 04:31 WIB

Jakarta, NU Online
Mahasiswa Indonesia dari kalangan warga nahdliyyin (NU) dianjurkan memokuskan perhatian pada soal hadlarah atau peradaban dan ilmu sejarah. Hal itu dimaksud untuk melengkapi kekurangperhatian kaum pesantren terhadap dua disiplin keilmuan penting itu.

Demikian dikatakan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk urusan diplomasi Timur Tengah KH. Said Agil Siradj kepada beberapa mahasiswa NU Libia dan Syiria yang sedang menjalani masa liburan musim panas bersama beberapa calon mahasiswa Timur Tengah, di gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (22/7).

<>

Menurut Kang Said, panggilan akrab KH. Said Agil Siradj, selama ini kalangan pesantren hanya memokuskan kajian pada bidang tafsir, hadits dan ilmu alat (bahasa) yang kesemuanya berakumulasi pada bidang kajian fikih. Dikatakannya, fokus itu monoton dan kurang lengkap.

“Kajian hadlarah atau tamaddun dan sejarah itu kurang sekali di kita. Juga kajian sastra. Kita perlu mengkaji kitab-kitab yang tidak ada di sini, meskipun di sana tidak diajarkan. Di sana kan perpustakaannya sejauh mata memandang. Kalau tidak begitu, apa gunanya belajar ke Timur Tengah, di pesantren saja sudah cukup,” kata Kang Said.

Pada kesempatan itu Kang Said mengkritik kecenderungan mahasiswa Indonesia, terutama yang belajar di Mesir, yang terlalu aktif berkumpul dengan teman-teman sesama Indonesia. Dikatakannya, mahasiswa Indonesia perlu berbaur dengan mahasiswa lain dari seluruh dunia Islam atau dengan masyarakat sekitar untuk lebih jauh mengenal kebiasaan dan karekteristik mereka.

“Saya itu bergaul dengan siapa saja, sampai saya banyak tahu joke-joke-nya orang Arab (humor: Red). Hal yang remeh saja, masa ada mahasiswa kita yang tidak bisa berbicara bahasa Arab ketika pulang ke Indonesia. Di Indonesia memang bahasa Arab sudah tidak dipakai, beda dengan bahasa Inggris, tapi kalau di sana sebelumnya sudah melekat pasti nanti tidak ada hambatan berbahasa Arab sampai kapan pun,” kata Kang Said. (nam)


Terkait