Warta

Mahasiswa Perguruan Tinggi NU se-Indonesia Akan Bertemu di Bandung

Kamis, 20 Juli 2006 | 01:27 WIB

Bandung, NU Online
Mahasiswa perguruan tinggi Nahdlatul Ulama (NU) se-Indonesia akan mengadakan pertemuan di Universitas Islam Nusantara (Uninus), Bandung, Jawa Barat, pada 23 – 25 Juli nanti.

Pertemuan dikemas dalam bentuk seminar nasional dan Kongres Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi NU se-Indonesia. Seminar mengambil tema “Revitalisasi Pendidikan Nahdlatul Ulama dalam Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Madani.”

<>

“Semua sendi akan bisa diperbaiki jika pendidikannya maju. Masalah kemiskinan dapat terentaskan jika pendidikannya dikelola secara serius,” kata penanggungjawab acara yang juga Presiden Mahasiswa (Presma) BEM Uninus, Ramli Masdari, kepada NU Online, di Jakarta, Rabu (19/7) malam.

Seminar mengundang sedikitnya tiga ratus mahasiswa dari perwakilan BEM perguruan tinggi NU se-Indonesia dan perguruan tinggi di wilayah Bandung Raya yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Cimahi dan Sumedang. Seminar juga akan dihadiri oleh Perwakilan dari PBNU, Lembaga Pendidikan Ma’arif NU, Menteri Pendidikan dan Menteri Agama, Komisi II DPR RI dan dari gubernuran Jawa Barat.

Seminar dilanjutkan dengan Kongres BEM Perguruan Tinggi NU se-Indonesia yang diperkirakan berjumlah hampir 200-an. Kongres akan membahas serius tentang perkembangan perguruan tinggi NU.

“Entah nanti dibentuk prosedium, menjadi forum saja, atau kita bentuk organisasi yang beranggotakan BEM perguruan tinggi NU se-Indonesia, terserah bagaimana kongres nanti,” kata Ramli.

Dikatakan, hal penting yang juga akan dibicarakan dalam kongres adalah seputar kaderisasi di lingkungan NU yang kurang efektif. Beberapa kader yang secara emosional merasa sebagai bagian dari NU tidak memiliki banyak pengetahuan tentang organisasinya itu.

Hal lain, NU dalam masa terakhir ini hanya terkonsentarsi di Jawa terutama Jawa Timur. “Jawa Barat saja tidak begitu kenceng NU-nya meskipun ritual keagamaan seperti tahlil dan qunut masih kita lakukan. Bagaimana nanti para mahasiswa dari perguruan Tinggi NU menyikapi ini,” kata Ramli.

Kembali ke NU
Perguruan tinggi milik NU sebenarnya cukup banyak, bervariasi, dan tersebar di Indonesia. Hanya saja, saat NU berubah menjadi partai politik (parpol) dan ikut bersaing dalam pemilu 1955 beberapa perguruan tinggi NU terpaksa harus berubah nama karena, waktu itu, ada larangan bagi parpol untuk mendirikan lembaga pendidikan apapun. Unisnu Bandung sendiri pada awalnya bernama Universitas NU (UNU).

Ini sangat berbeda dengan Muhammadiyah yang semenjak awal memang tidak pernah merubah diri menjadi parpol sehingga lembaga pendidikan yang berlabel “Muhammadiyah” berjajar di mana-mana.

Belakangan muncul wacana, terutama digulirkan oleh kalangan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), bahwa seharusnya perguruan tinggi NU "di-NU-kan" lagi menjadi UNU, STAINU, dan sejenisnya, karena NU telah kembali ke Khittahnya sebagai organisasi sosial-keagamaan. (nam)


Terkait