Warta

Ngaji Kilatan di Ponpes Maslakul Huda Makin Diminati

Jumat, 14 September 2007 | 04:56 WIB

Pati, NU Online
Kebiasaan meliburkan santrinya bagi pondok pesantren (ponpes) pada Ramadan tidak menjadikan tempat belajar nonformal itu sepi aktivitas. Justru kegiatan ngaji cukup ramai karena dibuka untuk umum. Dari sekian ponpes yang menjadi rujukan di antaranya Maslakul Huda, Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Pati.

Ponpes yang diasuh KH Sahal Mahfudh itu selalu kedatangan santri luar daerah saat pasanan. Begitu juga dengan masyarakat sekitar yang juga ingin menambah ilmu dan pengetahuannya di bidang agama.<>

Dari pengalaman setahun lalu, jumlah santri tiban (santri saat pasanan) bisa mencapai sekitar 500 orang. Mereka terbagi atas tiga golongan, yakni santri reguler yang tidak pulang kampung, santri dari ponpes lain yang ikut puasa dan tinggal di sana, dan masyarakat umum yang ikut ngaji tapi tidak tinggal di sana.

Tidak hanya kalangan santri ponpes sekitar Desa Kajen atau Pati saja yang pasanan di Maslakul Huda. Mereka yang berasal dari Kediri, Tuban, Magelang, Kendal, Jepara, dan Kudus, turut memperdalam ilmu agama selama dua pekan. Materi ngaji saat pasanan yang dimulai 2 Ramadan tidak ditentukan sesuai keinginan para kiai atau ustadnya, namun menyesuaikan kebutuhan dari santri tiban.

Tiap tahun, kitab yang akan diajarkan selalu berganti, sehingga tidak monoton. Untuk ngaji santri putra tahun ini, kitab yang diajarkan di antaranya Al Fiqul Akbar, Al Risalatul Sarifah (etika diskusi dan perdebatan), Intifakhul Fadijain (pergumulan pemikiran di Kajen era 1960-an). Sedangkan khusus untuk santri putri diberikan materi Al-Quran dan Sulam Taufik.

Pengasuhnya antara lain, KH Sahal Mahfudh, KH Ahmad Yasir, H Abdul Goffar Rozin MEd, dan KH Syafiuddin. Untuk pengasuh wanita adalah Hj Dra Nafisah Sahal Siti Kholilah, Hj Tutik Nurul Jannah Rozin, Faroeq Barlian.

Ada kebiasaan menarik dari pasanan di ponpes tersebut, yakni pembacaan sanad (silsilah ilmu) pada malam penutupan atau tanggal 17 Ramadan sekaligus peringatan Nuzulul Quran.

“Pembacaan sanad di akhir ngaji memang menjadi tradisi kami. Tujuannya agar santri tahu dari mana ilmu dari kitab yang diajarkan sehingga bisa diketahui siapa saja yang turut menurunkan ilmu tersebut,” jelas seorang pengasuh Ponpes Maslakul Huda, H Abdul Goffar Rozin MEd.

Dalam acara penutupan juga dibuka forum diskusi yang membahas kitab apa yang akan dipelajari pada tahun depannya. Karenanya, ustad hanya menyajikan kepada santri dengan tidak memilih kitab dan bidang ilmu tertentu sesuai keinginannya. (sm/man)


Terkait