Warta

Perkuat Aktivitas di Masjid-Mushalla NU

Sen, 27 Agustus 2007 | 00:08 WIB

Pasuruan, NU Online
Warga nahdliyin diimbau untuk memperkuat barisan dari pengaruh ideologi atau paham Islam radikal. Caranya, dengan kembali memperkuat di basis nahdliyin, dengan aktif di masjid dan mushalla. Jangan sampai masjid dan mushalla, yang menjadi tempat aktivitas warga NU, beralih atau dikuasai orang lain yang membawa faham baru.

Hal itu terungkap dalam kajian Islam Radikal dalam perspektif Aswaja An-Nahdliyah secara gamblang dikupas tuntas seminar yang digelar para kadermuda NU dari IPNU-IPPNU dan Jamiyyah Dirasah Qur’aniyyah Al-Karim, Ahad (26/8). Seminar dipusatkan di Aula Yonkav, Beji, dihadiri para undangan dari muda NU dan Banomnya. Sebagai nara sumber KH Imam Ghozali Said dan KH Muhammad Sholeh Qosim.

<>

Menurut Ninik, panitia pelaksana kegiatan mengatakan, jika persoalan Islam Radikal justru perlu diwaspadai oleh kalangan warga NU. “Persoalannya, Islam radikal tidak sesuai dengan ajaran ahlussunnah wal jamaah. Karena ajaran yang tidak sejalan, maka bagi warga NU perlu mewaspadainya dan tidak terhanyut dalam ajaran yang bertentangan dengan aswaja, “ kata Ninik, di sela seminar.

Karenanya, dengan seminar ini, diharapkan kalangan muda NU khususnya Banom NU bisa mengantisipasi terhadap ajaran Islam Radikal yang selama ini sudah dianggap cukup meresahkan. ”Untuk itu, dengan seminar paling tidak warga NU bisa memahami akan ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran NU. Karenanya seluruh warga NU perlu dibentengi dengan pemahaman Aswaja,” terangnya lagi.

Dalam kajiannya, Muhammad Sholeh Qosim menuturkan adanya perkembangan gerakan Islam di Indonesia akhir-akhir ini dimarakkan dengan bangkitnya gerakan Islam radikal-fundamentalis. Gerakan yang pada awalnya berjalan laten itu mulai menampakkan diri secara terbuka sejak runtuhnya rezim otoriter orde baru diakhir tahun 1990 an. Hal ini ditandai dengan munculnya halaqah di kampus.

Yang dibarengi dengan meningkatnya jamaah-jamaah pengajian dengan pakaian yang khas dan ekslusif (berjilbab lebar, berjubah besar menutup seluruh wajah untuk kalangan perempuan, bersurban, berjenggot dan bercelana cingkrang untuk kaum lelakinya). Gerakan Islam ini, bermunculan di kota-kota dan banyak menarik minat kalangan pelajar, mahasiswa dan kelompok terdidik lainnya hingga merambah ke desa.

KH Imam Ghozali Said yang meneropong pergerakan salah satu kelompok Islam yang ada di Indonesia dan berkembang pesat. Diuraikan jika organisasi Islam itu masuk Indonesia melalui orang Lebanon yang dibawa seorang tokoh Islam yang pernah bermukim di Jakarta tahun 1980-an. Kemudian dibawa juga oleh tokoh lainnya. Bahkan sang tokoh bisa mendidik kader-kader dari organisasi tersebut.(Duta Masyarakat)