Seruan untuk menggunakan hak suara dalam pemilihan umum juga dilakukan oleh ormas Nahdlatul Ulama (NU). Setidaknya, Pengurus Wilayah Nahldatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan contoh nyata.
Pejabat Ketua Tanfidziyah PWNU DIY KH Mohammad Maksum meminta warga Nahdliyin tidak bingung meski banyak parpol mengaku sebagai anak kandung NU. Maksum mempersilahkan warga dan kader NU masuk dan terlibat di politik praktis, namun harus lebih dulu melepaskan baju NU-nya.<>
"Silakan saja berjuang lewat parpol mana saja. Asal jangan membawa bendera-bendera dan panji-panji NU. NU netral dan tidak berpihak ke salah satu partai politik," kata Maksum di kantor PWNU DIY, Selasa (31/3).
Menurutnya, NU tidak akan terjebak dalam politik praktis dan perebutan kekuasaan. NU tidak terjebak dan mengurusi politik praktis. Tetapi akan mengurus politik dalam jangka panjang yaitu tentang politik keberagamaan dan politik kenegaraan.
Lebih lanjut, Maksum menyatakan, NU bermain pada politik tingkat tinggi dan tidak memburu kursi politik. Politik yang akan ditempuh adalah, bagaimana pemain politik dapat dikerahkan dan diarahkan sesuai garis politik NU dan demi kemaslahatan masyarakat luas.
"Jadi, jalan politik NU adalah politik kebangsaan, bukan politik kekuasaan, kepartaian atau kelompok," tegas guru besar UGM ini. (min)