Warta

PBNU: Bersatu Dulu, Palestina Baru Bisa Merdeka

Selasa, 23 Oktober 2007 | 07:49 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menegaskan, kemerdekaan bangsa Palestina dari penjajahan Israel tak akan pernah terwujud tanpa persatuan terlebih dahulu. Menurutnya, diplomasi dalam bentuk apa pun sia-sia selama persatuan bangsa Palestina belum terwujud.

“Saya sampaikan kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas, bahwa semua komponen di Palestina harus bersatu dulu. Setelah bersatu, baru akan ada potensi untuk merdeka. Kalau tidak, diplomasi apa pun tidak akan berhasil,” terang Hasyim kepada wartawan usai mengadakan pertemuan antara tokoh lintas agama bersama Presiden Abbas, di Kantor Departemen Luar Negeri, Jalan Pejambon, Jakarta, Selasa (23/10).<>

Hasyim yang juga Presiden World Conference on Religions for Peace itu juga menceritakan kepada Presiden Abbas akan pengalaman bangsa Indonesia dijajah selama 350 tahun. Selama itulah, katanya, Indonesia tak pernah merdeka karena masih terpecah-belah.

"Saya sampaikan juga bahwa Indonesia mengalami kolonialisme lebih lama, lima kali dari Palestina yang hanya 60 tahun. Baru setelah menjelang tahun 1945, ada potensi untuk merdeka karena seluruh agama dan berbagai elemen yang ada di Indonesia bersatu padu," kata Hasyim.

Dalam kesempatan itu, Hasyim juga mengatakan, jika diperlukan, pihaknya siap untuk membantu menjembatani antara Hamas dan Fatah—dua kelompok di Palestina yang selama ini bertikai. "Kita sanggup untuk menjembatani konflik antara Hamas dan Fatah. Kita sudah mengatakannya," tegasnya.

Menanggapai penyelenggaraan konferensi internasional mengenai masalah Palestina-Israel yang digagas Amerika Serikat pada akhir bulan November atau awal Desember tahun ini, ia menyatakan, konferensi tersebut harus menitikberatkan pada rekonsiliasi internal Palestina.

"Jika saja Palestina belum mencapai kemerdekaan, tetapi sudah bersatu, maka hal itu sudah cukup terhormat daripada sudah meloncat pada tujuan merdeka tetapi masih berada dalam keadaan tercabik-cabik," ujar Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars itu.

Pertemuan tokoh lintas agama yang dihadiri Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda juga diikuti Ketua Majelis Ulama Indonesia Amidhan, perwakilan Katolik Benny Susetyo, perwakilan Pengurus Pusat Muhammadiyah Sudibyo Markus, perwakilan agama Hindu Nyoman Chakry, dan juga dai Abdullah Gymnastiar. (rif)


Terkait