Jakarta, NU Online
Amerika Serikat (AS) tidak akan mempercayakan urusan pangan mereka kepada negara lain. Jika AS meminta negara-negara berkembang seperti Indonesia agar meninggalkan pertanian dan beralih ke sektor industri, maka negara adidaya yang satu ini justru menjadikan pertanian sebagai sektor terpenting dalam pertahanan nasional mereka.
“Jadi Amerika pengatakan bahwa ‘kita tidak bisa menyerahkan urusan perut kepada siapa pun’,” tutur Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta KH. Mochammad Maksum kepada NU Online di Jakarta (15/7), di sela-sela persiapan Munas Alim Ulama yang akan diselenggarakan pada 27-30 Juli nanti.
<>AS menyadari bahwa urusan pangan mudah sekali menghadapi terorisme. Setahun setelah mereka didera berbagai teror dan berpuncak pada tragedi 11 September 2001 mereka membentuk Department of Homeland Security. Tujuannya untuk memproteksi pertanian dan lahan mereka.
“Mereka punya dekrit jelas sekali yang dibangun untuk mengantisipasi teror urusan pangan, karena di sana orang mati satu itu berarti sekali. Bagaimana negara semaju mereka pertaniaannya diperioritaskan seperti itu!” seru Maksum.
Meski demikian, dikatakan Dosen Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu, kepada negara-negara berkembang AS menyebarkan teori dan bahkan memaksakan faham bahwa pertanian tidak akan menghasilkan banyak keuntungan. “Tinggalkanlah pertanian beralihlah ke Industri.”
“Sebagai the last man dalam pertarungan ideologi itu, antara kapitalisme dan komunisme, Amerika dengan segala dogmanya itu kemudian menjadi tunggal. Otomotif segala macam itu dipaksakan ke kita untuk dikembangkan sementara pertaniannya tidak usah diurus,” kata Maksum.
Akibatnya, pertanian di Indonesia menjadi tidak menarik, tidak maju, dan tidak bergengsi. Melakukan apapun lebih baik dari pada bertani, dan keyakinan seperti ini didukung oleh ilmu pengetahuan.
“Padahal teori-teori yang dibangun oleh Francis Fukuyama dan kawan-kawannya itu ternyata gagal. Kita sekarang harusnya berfikir bagaimana ilmu pengetahuan itu menjadi ideologis dan pro pertanian,” kata Maksum. (nam)