Jakarta, NU Online
Dua orang ketua PBNU Dr, KH Said Aqil Siroj dan HM Rozy Munir MSc. akan melaunching bukunya secara bersamaan pada Jum’at 8 Desember 2006 pukul 19.00 bertempat di Hotel Borobudur Jakarta.
Kang Said baru menerbitkan buku berjudul Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi, bukan Aspirasi. Sementara itu Rozy Munir menerbitkan kumpulan kliping medianya bertajuk “Rozy Munir dalam Liputan Media”.
<>Dalam pengantarnya Kang Said mengungkapkan bahwa buku ini adalah refleksi dari upaya memperkuat pola pikir tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), i’tidal (jalan tengah), dan tasamuh (toleran) dalam Islam.
Islam selama ini dilekatkan dengan segenap aksi kekerasan dan anarkisme. Adalah sesuatu yang memprihatinkan bagi kita apabil ada sekelompok umat Islam yang mengangkat simbol-simbol Islam untuk membenarkan aksi kekerasan dan perusakan terhadap sarana publik dan tempat ibadah.
Dalam konteks inilah signifikansi tasawuf ditinjau kembali dari dimensi partikularnya, yang hanya sebatas ritual dan asketisisme yang bersifat personal. Asumsi dasar yang melatarbelakangi buku ini adalah bahwa tasawuf merupakan sebuah misi kemanusiaan, yang menggenapi misi Islam secara holistik. Mulai dari dimensi iman, islam hingga ihsan. Dan, tasawuf menempati posisinya sebagai aktualisasi dimensi ihsan.
Sementara itu, buku Rozy Munir dalam Liputan Media sepenuhnya merupakan kompilasi dari aktifitas maupun sikap Rozy Munir selaku ketua PBNU, saat menjadi menteri negara BUMN dan anggota Panwaslu serta peranannya dalam keluarga dan ketua Ikatan Peminat dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI).
Buku ini sepenuhnya melihat Rozy Munir dari sudut pandang wartawan, baik, buruk, netral, obyektif, subyektif adalah opini dari wartawan melalui data maupun informasi yang didapat secara langsung maupun melalui fihak lainnya.
Memang, tak semua berita ditulis dengan obyektif karena berkaitan dengan kepentingan fihak tertentu. Dalam catatan sekapur sirih yang menyertai buku ini, Rozy bercerita, usai penutupan Emosional Spiritual Quotation (ESQ) yang dimotori oleh Ary Ginanjar, tiba-tiba muncul dua orang wartawan yang memeluknya erat-erat sambil minta maaf karena memberitakan dirinya secara negatif karena memang didesain atasannya waktu menjabat menteri negara BUMN.
Berbagai aktifitas, pandangan dan foto yang terpampang dalam buku ini sedikit banyak dapat menggambarkan sosok Rozy Munir, putra KH Munasir Ali, seorang pejuang Hizbullah yang selepas masa perjuangan membaktikan hidupnya untuk PBNU, yang diterukan oleh putranya. (mkf)