Warta

Sayed Abdillah Aldjufrie Meninggal Dunia

Ahad, 23 Juli 2006 | 15:12 WIB

Palu, NU Online
Umat Islam Indonesia kehilangan seorang ulama kharismatik menyusul wafatnya KH. M. Habib Abdillah Aldjufrie, Ketua Umum Pengurus Besar Alkhaeraat, yang juga Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Sayed Abdillah Aldjufrie meninggal dunia sekitar pukul 12.00 Wita setelah mendapat perawatan selama sepekan di RSU Budi Agung dan RSU Alkhaeraat di Kota Palu.

<>

"Umat Islam, khususnya warga NU dan Alkhaeraat, kehilangan ulama kharismatik yang sangat dicintai," kata Ketua PBNU KH. Ahmad Bagdja di Palu, saat melayat jenazah Abdillah Aldjufrie di rumah duka Jln. Mangga, pada hari yang sama.

Munurut Bagdja, Abdillah Aljufrie adalah ulama besar dan tokoh nasional sebab sekalipun berdomisili di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), mendiang mendapat kepercayaan menduduki posisi tertinggi di PBNU sebagai salah seorang Ketua Dewan Syuriah.

"Ini mengukuhkan ketokohan beliau karena memiliki pengaruh yang besar," tuturnya.

Sekalipun memiliki kharisma tinggi, lanjut Bahdja, Abdillah Aljufrie yang memimpin PB Alkhaeraat--organisasi sosial- keagamaan terbesar di Kawasan Timur Indonesia (KTI)-- selama 15 tahun memiliki karakter pendiam dan baru berbicara jika dianggap penting.

"Kalimat yang dilafadzkan memiliki makna sangat dalam dan akan didengar serta dipatuhi setiap orang," ujar Bagdja.

Sementara itu, Abdul Basit Arsyad, seorang murid almarhum, mengatakan mendiang Abdillah Aldjufrie sangat berpengaruh di kalangan ummat Islam tradisonal di KTI, khusus Provinsi Sulteng.

"Orangnya tegas dan bicara blak-blakan dalam hal menegakkan kebenaran Ilahi. Jika ada yang tidak disukai karena mengganggu kebenaran, beliau langsung menanggapinya.  Itu ciri khas beliau," ujarnya.

Salah satu contoh, kata Basit yang kini menjabat Kepala SMP Al-Azhar Palu, saat almarhum menjabat anggota DPRD Sulteng tahun 1970-an.

"Waktu itu DPRD mengagendakan pembahasan Perda tentang Diskotik. Almarhum bersama KH Rustam Arsyad (anggota dewan dan juga ketua MUI Sulteng) langsung menolak dan melakukan aksi "walk out" dari sidang paripurna dewan sebagai bentuk protes", tuturnya.

Perda "maksiat" itu akhirnya dibatalkan karena berpotensi merusak akhlak dan moral umat Islam yang merupakan penduduk mayoritas di Provinsi Sulteng.

Abdillah Aldjufrie merupakan salah seorang murid sekaligus cucu yang paling disayangi pendiri Alkhaeraat, KH Sayed Idrus bin Salim Aldjufrie.

Habib Idrus Abdillah, putra almarhum, mengatakan ayahnya memiliki semangat jihad menyiarkan ajaran Islam yang luar biasa, khususnya mencerdaskan anak negeri melalui ribuan lembaga pendidikan Islam Alkhaeraat yang dipimpinnya selama ini.

Bahkan, komplikasi penyakit gula dan kolestrol yang menggerogoti tubuh almarhum kurun lima tahun terakhir tidak menyurutkan setiap ayunan langkahnya mengunjungi umat Islam dan lembaga-lembaga pendidikan Islam Alkhaeraat yang tersebar di pelosok KTI.

"Sumbangsih beliau masih dibutuhkan umat muslim, namun Yang Maha Kuasa punya kehendak lain. Dengan ikhlas kami (keluarga) melepas kepergian beliau untuk selama-lamanya. Tapi, semangat beliau selalu hidup dalam setiap jiwa santrinya," kata Idrus  dengan mata berkaca-kaca. (antara)


Terkait