Warta

Tata Tarif Harus Dirombak Segera

Rabu, 11 Oktober 2006 | 08:55 WIB

Yogyakarta, NU Online
Minggu terakhir ini harga gula di pasar global turun drastis dari harga yang pernah mencapai USD 430/ton, kini hanya mencapai USD 363-370/ton. Diduga penurunan itu akibat tidak bergairahnya produksi etanol dari tebu karena harga Bahan Bakar Minyak (BBM) turun.

Masih ditambah lagi produksinya yang tinggi di Brazil, Thailand n China (naik 15-20%). Dunia banjir gula dan harga turun. Tetapi cukai impor (tarif) kita terlalu rendah bahkan nol% untuk gula mentah (raw sugar).

<>

“Cukai ini harus dinaikkan. Itu kalau tidak mau petani tebu kita dirugikan karena harga gula yang tertekan. Para petani makin tidak sejahtera dan kemudian marah. Tata tarif harus dirombak segera,” kata Wakil Ketua PWNU Daerah Istimewa Yogyakarta KH. Mohammad Maksum dihubungi NU Online di Yogyakarta, Rabu (11/10).

Dikatakan, negara selalu mengulangi kesalahan. Over-supply gula di pasar global itu justru terjadi karena proteksi domestik dan ekspor subsidi yang berlebihan di negara-negara eksportir. “Lha kog malah kita manjakan itu lalu dilos impornya, bahkan tarif nol untuk raw sugar. Ini Aneh bin ajaib,” kata Maksum.

Implikasinnya nyata sekali merugikan kaum petani karena harga rusak. Swasembada gula yang digembar-gemborkan menteri pertanian akan gagal karena inkonsistensi negara, sangat kontraproduktif dengan program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK).

“Negara yang harusnya pro kaum tani kog malah makin semena-mena, dholim dan makin anti petani. Kita sudah punya pelajaran kan tempo hari. Apakah gini cara mengelola industri gula nasional? Masak sih ngga mau belajar dari kegagalan yang bertubi-tubi,” kata Maksum. (nam)