Balitbang Kemenag RISET BALITBANG KEMENAG

5 Riset Perguruan Tinggi terkait Moderasi 2019

Jum, 20 Maret 2020 | 03:30 WIB

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI tahun 2019 melakukan kegiatan Pengembangan Karya Tulis Ilmiah Dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) di Perguruan Tinggi Umum (PTU). Moderasi Beragama dalam Perspektif Pendidikan Agama dan Keagamaan menjadi tema besar kegiatan ini.
 
Bentuk pengembangannya sendiri berupa penelitian lapangan yang diikuti oleh dosen PAI terpilih dari berbagai Perguruan Tinggi Umum (PTU). Sistem pemilihan peserta dilakukan melalui seleksi proposal penelitian berdasarkan kriteria dan standar yang ditetapkan.
 
Pemilihan dosen PTU sebagai peserta kegiatan pengembangan didasarkan pertimbangan. Pertama, dosen PAI-PTU memiliki beban dan tanggungjawab yang  relatif lebih besar dan kompleks dalam pembentukan mental dan moralitas mahasiswa di tengah berbagai keterbatasan yang dihadapi dan makin tingginya ekspektasi masyarakat.
 
Kedua, untuk meningkatkan kualitas dosen dan pembelajaran PAI-PTU sesuai harapan diperlukan penguatan budaya akademikyang salah satunya melalui penelitian.
 
Ketiga, sejauh ini pengembangan kompetensi akademik di lingkungan dosen PAI-PTU masih sangat terbatas, baik dari  sisi kualitas maupun jumlahnya. Keempat, masih dijumpai  di kalangan dosen PAI-PTU yang menghadapi kendala kenaikan pangkat karena tidak bisa memenuhi karya tulis ilmiah. 
 
Untuk menjadi peserta kegiatan pengembangan karya tulis ilmiah ini setiap dosen disyaratkan mengajukan proposal penelitian.
 
Selanjutnya proposal tersebut diseleksi oleh tim untuk menentukan dosen yang memenuhi syarat. Kriteria yang digunakan dalam seleksi proposal antara lain tingkat relevansi dengan tema besar kegiatan ini, aktual dengan isu-isu kekinian bidang pendidikan, memiliki dimensi kebermanfaatan, dan layak dilakukan dengan waktu dan anggaran yang tersedia. Sesuai kriteria seleksi tersebut selanjutnya ditetapkan 15 orang dosen sebagai peserta terpilih. 
 
Berdasarkan substansi yang menjadi sasaran, penelitian ini dapat diklasifikasi menjadi tiga kelompok, yakni Jenjang Pendidikan Tinggi sebanyak 5 penelitian, Jenjang Pendidikan Menengah 3 penelitian, lembaga pendidikan keagamaan 3 penelitian, dan lembaga sosial keagamaan 2 penelitian. 
 
Jenjang Pendidikan Tinggi
Yedi Purwanto melakukan penelitian berjudul Pendidikan Karakter Bangsa Moderat dalam Perspektif PAI Di PTU: Studi Kasus di Universitas Telkom Bandung. Yedi menemukan bahwa pembelajaran PAI di lembaga tersebut mengedepankan corak pendidikan Islam yang rahmatan lilalamin yang berarti pula mengusung konsep moderasi beragama. Namun begitu, penyelarasan kurikulum dan metodologi pembelajaran masih perlu dilakukan sesuai perkembangan zaman.
 
Karena itu, Purwanto menyarankan beberapa langkah pengembangan kurikulum dan metodologi pembelajaran agar lebih sesuai dengan dinamika yang terjadi di masyarakat. 
 
Berikutnya, Wawan Hermawan mengangkat topik penelitian Persepsi Dosen PAI Pada PTU di Kota Bandung tentang Kebangsaan.  Disimpulkan adanya prospek positif bagi penguatan moderasi beragama di lingkungan PTU. Dosen-dosen PAI di PTU Kota Kembang memiliki persepsi kebangsaan yang kuat.
 
Hal ini ditunjukkan antara lain dengan persepsi mereka terhadap Pancasila, UUD 1945 dan NKRI  sebagai ideologi negara, konstitusi tertinggi, dan bentuk negara yang tepat dan sah sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam dan bersifat mengikat kepada seluruh warga negara.

Wawan menyarankan adanya peningkatan pembinaan dosen PAI-PTU Kota Bandung agar tetap konsisten dan komit terhadap nilai-nilai kebangsaan serta keberagamaannya sekaligus. Keduanya menjadi aspek penting bagi tumbuhnya sikap dan spirit kebangsaan yang kuat yang didasari pemahaman keagamaan yang moderat.  
 
Kemudian, dengan mengangkat topik Penerapan Model Pengembangan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran PAI di  PTU Kota Serang, Siti Muhibah menemukan adanya sejumlah inovasi kurikulum. Salah satunya dilakukan dengan cara mengintegrasikannya dalam pembelajaran di kelas dengan berbagai kegiatan kemahasiswaan.
 
Riset yang mengambil sampel kasus di Universitas Serang Raya (Unsera) ini menyimpulkan bahwa terdapat sejumlah faktor yang sangat mempengaruhi performa pembelajaran PAI di kampus.  Siti juga menyimpulkan pendidikan karakter tidak bisa hanya diandalkan kepada dosen mata pelajaran PAI.  

Direkomendasikan adanya pelibatan seluruh civitas akademika, orang tua, masyarakat, dan mahasiswa sendiri untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan karakter. Kerja sama dan dukungan semua pihak sangat menentukan untuk pengkondisian lingkungan yang memungkinkan tumbuh kembangnya kepribadian positif mahasiswa.

Berbeda dengan ketiganya yang mencoba memotret PAI dari sisi konten, metodologi dan persepsi dosen yang mengajar, Mabrur justru lebih tertarik meneliti literasi digital sebagai salah satu sumber paham keagamaan. Melalui penelitian yang diberi judul Literasi Digital: Alternatif Sumber Paham Keagamaan Mahasiswa PTIQ, peneliti berhasil menarik beberapa kesimpulan penting.
 
Di antaranya, kehadiran dakwah di medsos telah memberikan kontribusi positif bagi mahasiswa PTIQ dalam memahami berbagai persoalan keagamaan, terutama di bidang fikih praktis selain fikih kontemporer. Mabrur merekomendasikan penguatan konten-konten keagamaan di medsos untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam mendalami agama, terutama di bidang fikih praktis dan fikih kontemporer. 
 
Dari lima kelompok riset kategori perguruan tinggi, Nurhayati yang langsung mengangkat tema moderasi sebagai bagian dari judul penelitiannya, yakni Komparasi Moderasi Keberagamaan Mahasiswa Universitas Tadulako dan IAIN Palu. Disimpulkan bahwa moderasi beragama mahasiswa Universitas Tadulako dan IAIN Palu berjalan dengan cukup baik, meskipun fenomena kajian Islam fundamentalis-skriptualis yang menjurus radikalis masih cukup berkembang.
 
Nurhayati mencatat konten-konten radikal yang tersebar di medsos berpotensi menjadi ancaman tersendiri bagi tumbuh kembangnya moderasi beragama.
 
Lebih jauh hasil komparasi menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas Tadulako cenderung bersikap eksklusif dalam memahami perbedaan keagamaan karena akses mereka lebih banyak diwarnai kajian yang bersifat fundamentalis-skriptualis. Berbeda dengan mahasiswa IAIN Palu yang cenderung lebih inklusif karena kajian mereka lebih banyak bersifat kontekstual-transformatif.

Salah satu yang direkomendasikan adalah agar dibangun kerja sama antarlembaga perguruan tinggi untuk penguatan moderasi beragama sekaligus menangkal perkembangan paham keagamaan eksklusif dan intoleran. 
 
Penulis: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori