Balitbang Kemenag

Mengupas Tradisi Ibadah Haji di Kudus, Lombok Tengah dan Gresik

Rab, 31 Oktober 2018 | 05:15 WIB

Mengupas Tradisi Ibadah Haji di Kudus, Lombok Tengah dan Gresik

Masyarakat mengantar calon jamaah haji (kabarseputarmuria.com)

Penelitian yang dilakukan Balitbang Diklat Kemenag tahun 2017 tentang ritual ibadah haji masyarakat Indonesia mendapati bahwa sebagian masyarakat Kudus yang mengiringi dalam pelaksanaan ibadah haji diawali dengan ziarah ke makam para wali.

Ziarah dipimpin oleh pembimbing ibadah haji dari beberapa KBIH, kemudian syukuran haji atau Walimatussafar, dilanjutkan dengan tilik haji yang dilaksanakan menjelang keberangkatan dan kepulangan haji serta tradisi saling mendoakan ketika jamaah haji masih berada di Arab Saudi. 

Dalam hal biaya pelaksanaan tradisi haji cukup bervariasi, namun disesuaikan dengan kemampuan calon jamaah haji. Untuk pelaksanaan sederhana dapat menghabiskan kira-kira 15-20 juta rupiah, untuk yang sedang sekitar 20-30 juta rupiah. Sementara pelaksanaan yang meriah mencapai 30 juta rupiah ke atas.

Biaya tersebut belum termasuk penyewaan perlengkapan dan bisyarah untuk para ulama yang memberi tausiyah pada saat pelaksanaan tradisi tersebut. Sehingga, untuk pelaksanaan tradisi haji dapat melebihi dari besaran ONH, namun sebagian masyarakat Kudus akan menyesuaikan sesuai dengan kemampuan.

Adapun tradisi haji yang hidup dan tumbuh berkembang di Loteng selama ini, bisa merupakan bentuk tradisi yang sudah turun temurun, dan juga ada peran pihak-pihak yang turut mensosialisasikan, serta terlibat langsung. Pelaksanaan tradisi haji terus berubah, dan masing-masing desa bisa berbeda bahasa dan lain karakternya.

Perlengkapan tradisi haji terutama yang berbeda dengan daerah lain adalah setiap calon jemaah haji mendirikan tetaring dan bedeg/gebeg, yang dipergunakan untuk kegiatan srakalan, dzikir, tahlil dan doa. Beberapa menu makanan yang disajikan berbeda dengan tempat lain adalah menu sayur ares pohon pisang dan sate kelapa. Untuk snack atau kue yang berbeda adalah banget atau ketan tetal dan poteng atau tape. 

Makna dari tradisi haji di Loteng dengan melakukan rowah adalah bentuk prosesi rasa syukur dengan mengeluarkan harta yang dimiliki. Dengan melakukan rowah merupakan kebanggaan dan kebahagiaan, banyak orang yang datang memberi doa sangat memberi rasa bersyukur bagi yang mengundangnya.

Selanjutnya mendirikan tetaring menandakan bahwa di rumah orang akan maklum kalau orang tersebut mempunyai hajat. Pengajag tetaring merupakan tanda pemakluman kepada masyarakat bahwa di keluarga itu ada hajatan. 

Besaran biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan tradisi haji dalam bentuk tasyakuran sangat relatif dan sangat tergantung dari niat dan kemampuan masing-masing jamaah haji. Tidak ada aturan yang mengikat terutama terkait dengan jamuan untuk para tamu, sehingga biaya yang dikeluarkan bisa lebih besar dari BPIH, namun juga bisa sangat sederhana.

Masyarakat Gresik di Jawa Timur juga memiliki tradisi yang khas terkait pelaksanaan ibadah haji. Masyarakat Gresik merupkan masyarakat yang masih peduli terhadap tradisi-tradisi keagamaan yang telah hidup di masyarakatnya. Tradisi-tradisi tersebut adalah pamitan dan minta izin (doa restu), sejarah haji atau ziarah haji, Walimatussafar, dulkadiran, nuzulan dan khatmil Qur’an, serta syukuran. 

Tradisi-tradisi itu masih tetap dilestarikan karena masyarakat meyakini ada makna dan nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam tradisi haji masyarakat Gresik, ada tiga simbol yang ditemukan yang berupa ucapan dan makanan. Ketiga simbol tersebut adalah talbiyah dan shalawat haji, ayam bungkul, dan air zamzam. Ketiga simbol tersebut mempunyai makna yang berbeda-beda. 

Pembacaan shalawat haji dan talbiyah mempunyai makna agar mempunyai kesempatan berkunjung ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Ayam bungkul menjadi sesuatu yang penting karena tanashuf dengan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.

Kemudian, makna meminum air zamzam, yang mempunyai banyak khasiat, walaupun tidak dapat langsung dilihat khasiatnya, tetapi banyak orang mempercayai keistimewaan yang dimiliki oleh air yang hanya dimiliki oleh negara Arab ini. Air ini dapat menjadi obat dan penyebab kesembuhan sebuah penyakit.

Pelaksanaan tradisi tersebut menuntut persiapan biaya yang tinggi, yaitu mencapai sekitar ongkos naik haji untuk satu orang ke tanah suci. Besarnya biaya pelaksanaan tradisi tersebut masih tetap dilestarikan walaupun hanya mengambil sebagian. (Kendi Setiawan)