Balitbang Kemenag RISET BALITBANG KEMENAG

Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Tradisi Lisan

Kam, 4 Juni 2020 | 01:45 WIB

Nilai-nilai Pendidikan Agama dalam Tradisi Lisan

Tradisi lisan pantun dalam buka palang pintu Betawi mengandung nilai pendidikan agama. (Foto: Bens Radio)

Indonesia memiliki banyak tradisi lisan khas Nusantara yang unik. Sayangnya, seiring perkembangan zaman, tradisi lisan kini terancam punah. Padahal tradisi lisan mengandung unsur pedidikan agama. Tradisi lisan seharusnya bisa menyesuaikan zaman yang relatif terbuka akan kemajuan teknlogi.

 

Untuk itu, Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI pada tahun 2019 lalu melakukan penelitian terkait kandungan nilai pendidikan agama dalam tradisi lisan di Lebak, Banten. Penelitian dilakukan untuk membuka mindset dan membuat melek para generasi milenial terhadap budaya lokal yang ada di Indonesia. 

 

Untuk mengungkapkan nilai-nilai pendidikan agama dalam tradisi lisan, para peneliti melakukan riset terhadap masyarakat tradisi Cisungsang, tradisi mapende, tradisi bujanggaan dan BPP (Buka Palang Pintu). Cisungsang merupakan desa yang berada di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak. Cisungsang dikenal akan masyarakatnya yang masih teguh mempertahankan adat istiadat pra-Islam-nya. Namun, masyarakat Cisungsang relatif lebih terbuka dengan kemajuan teknologi. 

 

Masyarakat Cisungsang dapat dijadikan suatu gambaran nyata mengenai struktur dan sejarah alam semesta berskala besar mereka terhadap keselarasan hidup dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan kebudayaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan teks pantun yang esensinya tentang konsep ciptaan manusia di bumi yang menjadi catatan penting dalam tradisi masyaraka Sunda, riwayat kehidupan, sosial dan petuah-petuah. 

 

Tradisi pantun merupakan tahapan ritual seren taun Kasepuhan Cisungsang yang berfungsi sebagai pengingat masyarakat adat Cisungsang, serta kaidah atau aturan yang beraku di lingkungannya serta asal-usul masyarakat adat Cisungsang. Selain itu, pola hidup yang harmonis dan bersinergis untuk melaksanakan hukum adat, agama dan negara sangat diperlukan dalam pendidikan. 

 

Hal ini senada dengan konsep-konsep nilai pendidian agama yang dikemas sebagai peraturan hidup yang diterima sebagai pengetahuan guna untuk membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan dalam menjalankan ajaran agama menjadi manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan internal dan antar umat beragama.

 

Terdapat tiga macam nilai-nilai yang terkandung. Yakni beribadah sesuai dengan keyakinan, beramal shaleh dan berbuat kebaikan, dan menjaga kedamaian dan kerukunan. Tidak hanya di Cisungsang, nilai-nilai pendidikan agama juga ditemukan pada tradisi Bujanggan di Indramayu. Hal ini dbuktikan dengan adanya teks yang ditembangkan oleh petuah-petuah terkait dengan ajaran pendidikan agama. 

 

Teks yang disampaikan mengandung unsur keagamaan yang sangat melekat akan norma dan kebudayaannya.  Nila-nilai pendidikan agama dapat kita petik dari tradisi mapende, memperteguh ajaran guna untuk mengorientasikan pada dunia dan masa depan, pendidikan agama lainnya juga berkaitan erat dengan karakter masyarakat sunda yang menjunjung tinggi harkat dan martabat.
 

Buka Palang Pintu memiliki sebuah nilai akan penddidikan agama yang lebih berorientasi pada terciptanya sebuah kekeluargaan yang harmonis guna mencipatakan generasi unggulan yang mampu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. 

 

Karena itu, para peneliti memberikan rekomendasi kebijakan sebagaimana upaya untuk menjaga tradisi lisan di masyarakat. Sebagai bentuk rasa kepedulian dan penghargaan masyarakat akademis dan pemerintah pada warisan budayanya. Banyaknya temuan dapat berguna bagi banyak pihak terutama generasi milenial dalam menjaga dan melestarikan tradisi lisan lokal yang dapat memberikan edukasi terkait dengan pendidikan agama yang kini lebih berorientasi pada nilai-nilai kultural. 

 

Kebijakan yang perlu diketahui oleh pemangku kepentingan yaitu mampu mengembangkan program-program pembangunan yang bersifat multidimensi dan berjangka menengah dan panjang. Bertujuan untuk  memperkuat ketahanan budaya dalam masyarakat agar sanggup menghadapi tekanan terhadap nilai  budayanya.

 

Kemudian, pemberdayaan masyarakat secara sosial, ekonomi, dan budaya lewat tradisi lisan agar setiap masyarakat memiliki ketahanan secara budaya dalam menghadapi perubahan di era-modern ini. Selain itu melakukan regenerasi dan kaderisasi melalui sosialisasi dan pengembangan tradisi lisan di lembaga-lembaga pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan PT/PTN/PTKIN) melalui kegiatan ekstra kurikuler sebagai bagian dari pengembangan karakter siswa/i dan mahasiswa/i berbasis budaya lokal. Hal ini dapat memunculkan generasi atau kader penutur atau maestro baru.

 

Penulis: Endang Agoestian
Editor: Kendi Setiawan