Daerah

40 Orang Suku Anak Dalam di Jambi Masuk Islam

Sel, 8 Maret 2022 | 08:00 WIB

40 Orang Suku Anak Dalam di Jambi Masuk Islam

Proses Syahadat massal SAD (Foto: istimewa)

Tebo, NU Online

Puluhan orang dari Suku Anak Dalam (SAD) di Desa Sungai Abang, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Tebo, Jambi mengucapkan dua kalimat syahadat. 

 

Prosesi ini dibimbing oleh Ustadz Imaduddin dan Ustadz Muhajirin asal Pesantren Al-Inayah Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Jambi.

 

"Alhamdulillah, baru masuk Islam dan khitan massal sebanyak 40 orang dari suku Anak Dalam, binaan Pesantren Al-Inayah," jelas Ustadz Imanuddin, Senin (7/3/2022).

 

Ia menambahkan, Pesantren Al-Inayah akan mendampingi proses belajar agama Islam dari SAD. 

 

Suku Kubu atau juga dikenal dengan Suku Anak Dalam merupakan penyebutan untuk masyarakat yang tinggal di kawasan hutan dataran rendah di Sumatera Tengah khususnya Jambi. 

 

Penyebutan ini menggenarilasasi dua kelompok masyarakat yaitu Orang Rimba dan Suku Batin Sembilan. Kubu berasal dari kata ngubu atau ngubun dari bahasa Melayu yang berarti bersembunyi di dalam hutan.

 

"Kita mohon doa dan dukungannya dari masyarakat Muslim Indonesia. Semoga saudara seiman kita ini bisa istiqamah dalam iman dan Islamnya," imbuhnya.

 

Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Inayah Hj Sumiyati Khilyatun Hasanah menjelaskan saat ini pihaknya juga mendukung SAD dari segi ekonomi. Dikarenakan pria dari SAD belum bisa bekerja setelah dikhitan.

 

Oleh karenanya, alumni Pesantren Pancasila Salatiga mempersilakan kaum umat Islam yang ingin ikut membantu ekonomi dari suku anak dalam ini bisa mengumpulkan bantuannya di Pesantren Al-Inayah.

 

"Saat ini membutuhkan sembako untuk makan sebulan karena suami-suami mereka dikhitan. Sehingga, belum bisa bekerja," ujarnya.

 

Selain itu, SAD yang baru masuk Islam ini juga memerlukan pakaian, jilbab, perlengkapan ibadah, perlengkapan ibadah dan lain sebagainya.

 

SAD saat ini masih bermukim di kebun-kebun dengan rumah terpal ala kadarnya. Hanya saja SAD yang masuk Islam ini sudah mulai bertempat tinggal dengan cara menetap. Umumnya SAD hidup dengan cara berpindah dari satu hutan ke hutan yang baru.

 

"Mereka adalah saudara seiman kita yg harus sama-sama kita kuatkan hatinya, agar lebih kuat imannya," tandasnya.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
​​​​​​​Editor: Kendi Setiawan