Daerah

Ada Workshop Band Prancis di Unipdu Jombang

Sen, 10 September 2018 | 12:30 WIB

Jombang, NU Online
Bekerja sama dengan Institut Prancis di Indonesia atau IFI (Institut Francais Indonesia), Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Peterongan Jombang Jawa Timur menggelar workshop band Prancis Philharmonique de La Roquette. Kegiatan berlangsung di auditorium kampus setempat dan dihadiri ratusan peserta dari berbagai sekolah dan kampus di Jombang.
Adalah sebuah kebanggaan karena Unipdu dipercaya menjadi tuan rumah kegiatan ini,” kata H Zulfikar As’ad saat memberikan sambutan, Senin (10/9). 

Wakil rektor kampus yang berada di lingkungan Pesantren Darul Ulum ini mengemukakan bahwa dari sekian kampus yang ada di Jawa Timur, Unipdu adalah satu-satunya yang memiliki kerja sama dengan IFI. “Hal itu dibuktikan dengan berdirinya Lesehan Prancis di kampus ini,” katanya disambut tepuk tangan hadirin. 

Menurutnya, France Corner atau Lesehan Perancis telah berdiri sejak awal 2013. “Keberadaannya untuk lebih mengenalkan Prancis kepada masyarakat Jombang,” ungkap Gus Ufik, sapaan akrabnya.

Dalam praktiknya, keberadaan Lesehan Prancis dapat menjadi jembatan bagi pertukaran budaya antarkedua negara. “Karena untuk bisa mengenal bangsa lain, maka yang harus dikuasai terlebih awal adalah bahasa,” kata alumnus program doktor di Unair Surabaya ini.

Gus Ufik mengingatkan bahwa Prancis termasuk bahasa internasional. “Tentunya dengan menguasai bahasa ini, maka akan kian banyak pengetahuan yang diperoleh,” kata Ketua Pimpinan Pusat Asosiasi Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (Arsinu) ini.

Selama kegiatan, para peserta dipandu oleh grup band Prancis Philharmonique de La Roquette. Grup ini terdiri dari sekelompok musisi spesialis komposisi musik pengiring. Mereka memainkan secara langsung pada saat pemutaran film bisu atau pementasan tari, teater  dan pembacaan puisi. 

Grup yang berasal dari Kota Arles, kawasan La Roquette Prancis ini beranggotakan Laurent Bernard sebagai pemain keyboard. Juga Lilian Bencini sebagai kontrabas dan bas, serta Julien Kamoun untuk musik scie.

Dengan didampingi penerjemah dari IFI, peserta workshop dikenalkan dengan sejarah film yang awalnya hanya berupa video tanpa suara atau film bisu. Dengan sejumlah penemuan teknologi akhirnya digunakanlah musik untuk mengiringi beberapa adegan film. 

Peserta worshop yang merupakan perwakilan dari sekolah dan kampus di Jombang diharap memiliki pemahaman terkait pemilihan musik untuk setiap film. “Dengan demikian wawasan para peserta semakin bertambah,” tandas Gus Ufik. (Ibnu Nawawi)