Daerah

Agar Umur dan Jasad Kita Mampu Bermanfaat Maksimal

Sab, 11 Juni 2022 | 11:30 WIB

Pringsewu, NU Online
Awak dinggo berjuang rusak. Ora dinggo berjuang yo rusak. Awak dinggo ngibadah yo rusak. Ora dinggo ngibadah yo rusak. Luwih becik kanggo berjuang lan ngibadah.”


Inilah pesan Mustasyar PCNU Pringsewu, lampung KH Sujadi mengutip pesan yang disampaikan Pendiri Pesantren Al-Asy’ariyah Kalibeber Wonosobo, Jawa Tengah KH Muntaha saat berdiskusi tentang perjalanan roda kehidupan manusia.


Pesan bijak tersebut, kata dia, adalah motivasi agar setiap individu khususnya umat Islam memaksimalkan peran dan keberadaannya di dunia untuk menjalankan tugas utama diciptakannya manusia di dunia, yakni beribadah dan menjadi khalifah di muka bumi. Kehidupan yang dijalani seharusnya dapat diisi dengan hal-hal yang bermanfaat.


“Jasad kita ini dipakai untuk berjuang ya rusak. Tidak dipakai berjuang ya rusak juga. Jasad ini dipakai ibadah ya rusak. Tidak dipakai ibadah ya rusak. Lebih baik dipakai untuk ibadah dan berjuang,” kata Kiai Sujadi, Jumat (10/6/2022) malam.


Maksimalisasi jasad dan kehidupan kita yang pertama dengan memanfaatkannya untuk menjalin hubungan vertikal kepada Allah swt yakni beribadah.


Selain hubungan kepada Allah, kita juga harus mampu memberi manfaat secara horizontal kepada lingkungan kita. Fungsi ini diwujudkan dengan berjuang dan memberi kemaslahatan serta manfaat bagi sesama.


Abah Sujadi, sapaan karibnya, lalu mengutip Surat Yasin Ayat 68 yang artinya: “Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya, Kami mengembalikannya dalam penciptaan. Maka tidakkah mereka berpikir?” Ayat ini, lanjut dia, menjadi gambaran siklus kehidupan manusia yang dipastikan semuanya akan melewatinya.


Ayat ini juga merupakan bukti kuasa Allah swt untuk mengembalikan kondisi manusia yang tadinya lemah kembali kepada kelemahan. Yang awalnya bayi yang tidak bisa apa-apa kemudian tumbuh besar dengan fungsi organnya bisa digunakan secara maksimal dan pada akhirnya akan kembali lemah lagi dengan fungsi-fungsi organ yang semakin menurun.


Di akhir ayat ini lanjutnya, Allah swt mengingatkan sekaligus menjadi pertanyaan muhasabah dengan kalimat: Afalaa ya’qilun? (Maka tidakkah mereka berpikir?). Pertanyaan ini jelasnya, mengingatkan agar manusia semakin meyakini bahwa Allah swt adalah yang paling kuasa atas segala yang terjadi di alam semesta ini.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori