Kudus, NU Online
IPNU-IPPNU adalah organisasi pengkaderan, bukan yang lain. Adapun kegiatan seperti selapanan, pengajian, terbangan, dan kegiatan rutin lainnya hanya sebagai kulit luarnya saja.
<>
Alumni Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU kecamatan Gebog, Mansur Setiawan, mewanti-wanti adik angkatannya mengenai hal ini. “Salah jika memaknai IPNU-IPPNU sama dengan kegiatan dakwah, manaqib, terbangan, atau lainnya. Itu namanya lali wetone. Organisasi ini adalah organisasi pengkaderan, maka bisa dianggap sukses jika kegiatan kaderisasinya sukses dan tindaklanjutnya juga bagus,” paparnya pada kesempatan di pelatihan keinstrukturan PAC. IPNU-IPPNU Gebog, Jum’at, 18/4.
Menurutnya, pengkaderan adalah jantung yang menjadi inti dari IPNU-IPPNU itu sendiri. Sedangkan kegiatan rutin di atas selayak napas yang juga tak kalah penting bagi keberlangsungan organisasi ini.
Mansur mendorong agar para anggota siap mengikuti berbagai jenjang pengkaderan, baik resmi atau bukan.
“Jika sudah terjun di IPNU-IPPNU, jangan setengah-setengah. Jika sudah Makesta, ikuti jenjang pengkaderan di atasnya, begitu seterusnya,” ungkapnya.
Pun halnya jika sudah selesai tahap pengkaderan, maka sebaiknya bisa menjadi fasilitator dalam pengkaderan. “Jika sudah dikader, maka lanjutkan dengan mengkader,” terang Mansur.
Mansur sendiri menjadi pemateri ice breaking dalam acara pelatihan keinstrukturan tersebut. Acara ini berlangsung selama dua hari satu malam, pada Kamis-Jum’at 17-18/04 kemarin di MI Tsamrotul Wathon Gondosari Gebog Kudus. Acara ini dihadiri oleh sejumlah 45 peserta.
Padhang Mbulan
Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU-IPPNU kecamatan Gebog, Kudus, punya cara khas untuk merayakan tiap malam bulan purnama. Lewat menabuh ratusan terbang atau rebana, para anggota meramaikan masjid dan musholla.
Acara Padang Mbulanan ini biasa diikuti oleh sebanyak 300 peserta dari seluruh PR. IPNU-IPPNU sekecamatan Gebog dan warga sekitar. Acara ini merupakan program baru periode kepengurusan 2013-2015.
Muhammad Noor Aris, Ketua PAC. IPNU kecamatan Gebog menyatakan, acara Padang Mbulanan ini dilaksanakan secara bergilir, dari satu ke lain masjid atau musholla di wilayah kecamatan Gebog.
“Tiap masjid atau musholla yang dipilih biasanya berlokasi di mana keberadaan IPNU-IPPNU belum begitu nampak di sana. Jadi ini sekaligus sosialisasi tentang eksistensi kita, sekaligus untuk mensyiarkan agama Tauhid lewat terbangan membaca siroh Nabi Muhammad SAW,” terang Aris kepada NU Online pada Jum’at, 18/04.
Menurut Aris, lokasi masjid atau musholla dipilih sebab di sanalah tempat warga biasa berinteraksi kesehariannya. Sebelumnya, Balai Desa sempat menjadi pertimbangan, namun diprediksi bahwa lokasi di tempat ibadah akan membuat warga lebih antusias. Meski konsekuensinya, sebagian peserta harus rela bertempat di halaman sebab ruang musholla tidak muat.
Perkuat Ideologi Aswaja
Acara ini bermaksud pula untuk perekrutan kader melalui daya tarik wadah kreatif terbangan yang dimiliki IPNU-IPPNU.
“Dengan ini juga kami berusaha merangkul warga agar tergerak hatinya untuk ikut aktif dalam organisasi ke-NU-an, khususnya IPNU-IPPNU,” papar Aris.
Ke depan, rencananya acara ini akan menghadirkan penceramah untuk menyampaikan materi ihwal penguatan ideologi ahlussunnah waljama’ah kepada hadirin.
“Jika sementara yang ada baru sekedar sambutan dari pengurus masjid atau musholla, maka selanjutnya kami bermaksud mengundang kiai menyampaikan pengajian untuk penguatan ideologi Aswaja kita,” ungkapnya. (istahiyyah/mukafi niam)
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua