Daerah

Al-Qur'an dalam Puisi-puisi Goethe

NU Online  Ā·  Selasa, 25 September 2018 | 13:30 WIB

Tangerang Selatan, NU Online
Puisi-puisi karya Johann Wolfgang von Goethe ternyata mengandung intertekstualitas dengan Al-Qur'an. Adib Misbahul Islam menemukan hal itu melalui puisi yang sudah diterjemahkan oleh Abdurrahman Badawi ke Bahasa Arab.
Ā 
"Terlihat sekali Goethe melakukan iqtibas (intertekstualitas)," kata Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu saat menjadi narasumber pada diskusi buku Telah Berpilin Timur dan Barat di Teater Lantai 1, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Senin (24/9).
Ā 
Hal ini dapat terlihat dari salah satu baitnya pada puisi yang berjudul Kitab Hikmah berikut.
Ā 
"Alangkah pandir menganggap diri istimewa // Mengira keyakinan sendiri benar belaka. // Bila makna Islam pada Tuhan berserah diri, // Maka dalam Islam semua kita hidup dan mati," tulis Goethe.
Ā 
Bait tersebut, kata Adib, seakan mengutip intisari Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 112.
Ā 
ŲØŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ł…ŁŽŁ†Ł’ Ų§ŁŽŲ³Ł’Ł„ŁŽŁ…ŁŽ ŁˆŁŽŲ¬Ł’Ł‡ŁŽŁ‡Ł للهِ ŁˆŁŽŁ‡ŁŁˆŁŽ Ł…ŁŲ­Ł’Ų³ŁŁ†ŁŒ ŁŁŽŁ„ŁŽŁ‡Ł Ų§ŁŽŲ¬Ł’Ų±ŁŁ‡Ł Ų¹ŁŁ†Ł’ŲÆŁŽ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ Ų®ŁŽŁˆŁ’ŁŁŒ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ Ł‡ŁŁ…Ł’ ŁŠŁŽŲ­Ł’Ų²ŁŽŁ†ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ

"(Tidak demikian), barang siapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan dia adalah orang yang berbuat baik, maka ia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati"
Ā 
Sementara itu, dalam diskusi yang dipandu oleh Rosida Erowati itu, Agus R Sarjono juga mengungkapkan satu puisi Goethe yang secara khusus membahas Al-Qur'an. Ia sempat khawatir karena bait-bait di dalamnya mengandung hal yang bisa menimbulkan konflik jika sekilas dibaca. Tetapi, puisi tersebut justru menjadi puisi pilihan seorang kiai Madura yang ia sowani bersama Berthold Damshauser. Berikut puisinya.
Ā 
"Apakah Al Quran abadi? // itu tak kupertanyakan! // Apakah Al Quranciptaan? Itu tak kutahu! // Bahwa ia kitab segala kitab, // Sebagai muslib wajib kupercaya. / Tapi, bahwa anggur sungguh abadi, // Tiadalah kusangsi; // Bahwa ia dicipta sebelum malaikat, // Mungkin juga bukan cuma puisi. // Sang peminum, bagaimanapun juga, // Memandang wajahNya lebih segar belia," tulis sastrawan kelahiran Frankfurt 1749 itu.
Ā 
Kegiatan yang digelar oleh Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, itu dihadiri oleh ratusan mahasiswa hingga ruangan penuh sesak hampir tidak ada celah. (Syakir NF/Ibnu Nawawi)