Daerah HARLAH KE-88 ANSOR

Ansor Aceh: Momen Harlah, Kader Wajib Bumikan Jihad Kebaikan

Ahad, 1 Mei 2022 | 10:00 WIB

Ansor Aceh: Momen Harlah, Kader Wajib Bumikan Jihad Kebaikan

Ilustrasi logo GP Ansor.

Pidie Jaya, NU Online
Pada momentum Harlah ke-88 Gerakan Pemuda Ansor, para kader di era milenial ini harus mampu melakukan pembenahan beberapa prinsip yang perlu diaktualisasikan dalam diri GP Ansor. Hal ini demi kemajuan Ansor sendiri. Antara lain membumikan jihad kebaikan di dunia maya.


Mantan Wakil Sekretaris PW Ansor Aceh Tgk Masrur mengatakan hal tersebut kepada NU Online, Jumat (29/4)/2022).


“Beberapa hal tersebut di antaranya menumbuhkembangkan semangat pluralis (ruh al-ta'addudiyyah), yaitu semangat untuk hidup kompetitif, dinamis, dan energik di tengah keragaman bangsa dalam sebuah ikatan kebangsaan. Nabi Muhammad memahami kemajemukan sebagai sebuah potensi yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk memperkokoh sebuah bangsa,” ujarnya.


Masrur mengatakan, masyarakat Madinah yang terbentuk di masa Nabi Muhammad adalah sebuah komunitas berlandaskan konstitusi yang menjunjung tinggi nilai-nilai pluralitas. Piagam Madinah sangat melindungi dan menjaga keragaman agama, budaya, etnis, dan ideologi.


“Maka Piagam Madinah menjelma menjadi sebuah konstitusi berbasis kebangsaan. Kedua, semangat religius (ruh al-tadayyun), yaitu mengembalikan umat manusia kepada substansi ajaran agama sehingga tercipta visi agama yang damai, ramah, sejuk, dan penuh marhamah,” tuturnya.


Mantan Ketua Ansor Pidie Jaya itu mengatakan, GP Ansor dalam perjalanannya memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi. Di antaranya, Jihad Milenial. Sudah barang tentu bahwa sebagian besar kehidupan kita hari ini dikendalikan oleh kecanggihan teknologi.


“Arus informasi yang begitu banyak dan begitu cepat berseliweran di beranda dunia maya kita di mana kebenaran dan kebohongan tak terfilter. Begitu mudah tercampur. Hal ini karena kita sedang menghadapi generasi milenial yang hampir separuh hidupnya ada di dunia maya,”ujar Masrur.


“Melalui internet, virus hoaks, fake news dan hate speech ini mudah menyebar dan menjangkiti semua pengguna, khususnya anak muda. Itulah yang dimaksud jihad milenial,” lanjutnya.


Menurut Masrur, tugas lainnya yang diemban Ansor yakni jihad melawan kaum radikal. Musuh ini menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat bersama pemerintah. Oleh karena itu, Ansor harus menjadi ujung tombak dalam mengawal ‘musuh’ ini.


“Realisasi jihad ini dapat dilakukan dengan dakwah secara langsung atau digital berupa langkah-langkah afirmasi nilai-nilai Ahlussunah Wal Jamaah an-Nahdliyah sekaligus untuk menegasi faham-faham radikal di masyarakat terutama melalui program kaderisasi yang intensif,” tegasnya.


Masrur menambahkan, inti dakwah tersebut menegaskan pentingnya Islam Nusantara yang dikembangkan oleh para penyebar Islam sejak awal dakwah Islam di Nusantara yang mampu mewujudkan budaya dan peradaban, toleransi, harmoni, dan cinta damai. Juga membumikan moderasi di kalangan milenial dan masyarakat umum dengan melakukan kajian dan dunia literasi.


Mantan Ketua LPPM IAI Al-Aziziyah Samalanga itu menegaskan, keberadaan Ansor menjadi pengayom dalam masyarakat di tengah keberagaman multi dimensi di Tanah Air, baik agama, suku, dan kondisi politik.


“Kader Ansor harus tetap merawat ukhuwah, jauh di atas keterlibatan politik baik sebagai aktor maupun partisipan. Ada persatuan yang lebih penting, ada kemanusiaan yang tetap jadi prioritas utama, dan ada tali silaturahmi ukhuwah basyariyah, ukhuwah diniyah, dan ukhuwa wathaniyah yang mesti harus tetap dijaga," ulasnya.


Maka dari itu, lanjut dia, sebagai kader Ansor kita mesti menyejukkan situasi yang panas. Mulai dari hal-hal yang paling sederhana, postingan dan interaksi di media sosial salah satumya.


Kontributor: Helmi Abu Bakar
Editor: Musthofa Asrori