Daerah

Banser Diharapkan Jadi Penyelamat Aswaja

NU Online  ·  Sabtu, 5 Agustus 2006 | 14:31 WIB

Tangerang, NU Online
Barisan Ansor Serbaguna (Banser) diharapkan mampu menjadi penyelamat paham keagamaan ahulussunnah wal jamaah (aswaja). Hal itu penting dilakukan seiring maraknya gerakan keagamaan yang mengatasnamakan aswaja. Namun demikian tak sedikit dari gerakan tersebut terlalu ekstrim.

“Banser bisa menjadi pasukan paling depan untuk menyelamatkan dan mempertahankan Aswaja dari rongrongan paham ‘ahlul fitnah wal jamaah’,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Assiddiqiyah KH Nur Muhammad Iskandar saat menjadi narasumber pada Diklatsar III Satkorcab Banser Jakarta Utara, di Ponpes Assiddiqiyah, Tangerang, Banten, Sabtu (5/8)

<>

Kiai Nur, demikian panggilan pimpinan enam cabang Ponpes Assiddiqiyah ini menjelaskan, maraknya gerakan yang berpaham aswaja justru malah mencitrakan Islam yang kurang baik. Banyak dari gerakan tersebut, katanya, terlalu ekstrim, baik ekstrim kanan maupun ekstrim kiri.

“Tahlilan, ziarah kubur ala NU, bagi yang berpaham aswaja (ekstrim, red) kanan dianggap bid’ah dan kafir. Sementara yang (ekstrim) kiri, semua dibolehkan, seperti perempuan boleh jadi imam sholat, bahkan tidak sholat pun dianggap tidak masalah,” terang Kiai Nur.

Ditambahkan Kiai Nur, munculnya berbagai paham keagamaan yang ekstrim tersebut akan mengancam akidah umat Islam. Kiai Nur menyebut hal itu sebagai “musibah” akidah. “Musibah akidah ini lebih penting dari pada musibah fisik,” ujarnya.

Pada acara yang mengangkat tema “Menumbuhkan Jiwa Amanah, Disiplin dan Setia sebagai Benteng Ulama, Agama  dan NKRI” itu, Kiai Nur juga berharap agar Banser bisa menjadi “pengawal” para ulama. Ulama, lanjutnya, adalah penerus nabi. Oleh karena itu, ulama harus mendapatkan tempat di masyarakat.

“Kalau ulama mendapat tempat di masyarakat, maka akan ada jaminan masyarakat tersebut selamat,” ungkap Kiai Nur. (rif)