Daerah

Banyak Cara Menjadi Mujahid, Begini Salah Satunya

NU Online  ·  Ahad, 2 Desember 2018 | 16:00 WIB

Banyak Cara Menjadi Mujahid, Begini Salah Satunya

Foto: Ilustrasi (Ist.)

Way Kanan, NU Online
Tahun 2016, volume sampah sekitar 700-750 ton per hari. Merujuk data tersebut, volume sampah di Bandar Lampung bertambah kira-kira 100 ton per hari. Fakta ini perlu untuk segera disikapi dengan terus peduli dan ikut serta menangani masalah sampah. Kepedulian itu sebenarnya sudah dicontohkan oleh para pemulung.

Ketua PC GP Ansor Way Kanan, Lampung Gatot Arifianto, di Blambangan Umpu, Ahad (2/12) menyebut, setiap pemulung beragama Islam layak disebut mujahid.

"Sadar atau tidak, mereka turut berjuang untuk Islam melalui jalan yang jarang ditempuh, yakni, membersihkan lingkungan hidup. Anak-anak muda, ibu-ibu rumah tangga atau siapa saja umat Islam yang mengurus, mengelola, peduli sampah dan lingkungan hidup dengan mendirikan bank sampah misalnya, juga layak disebut mujahid. Ayat-ayatnya jelas," kata dia.

Berdasarkan data LSM Mitra Bentala Lampung pada 2017 menyebut volume sampah di Bandar Lampung yang merupakan ibukota Provinsi Lampung mencapai 800-850 ton per hari.

"Jika demikian halnya, adakah kemajuan dalam menjalankan ajaran Islam?" ujarnya.

"Kalau merujuk data Mitra Bentala, ada jalan  lain menjadi mujahid, yakni turun tangan mengurai persoalan lingkungan hidup. Bandar Lampung ibukota Provinsi Lampung sampahnya sejumlah itu. Bagaimana dengan kota dan kabupaten lain?" tambah dia lagi.

Selama masih membuang botol minuman dari jendela mobil, dan belum tertib dalam memilah sampah, tak perlu menepuk dada, mendaku sebagai pejuang Islam. "Karena perilaku-perilaku tersebut, juga mengingkari ajaran Islam," kata Gatot

Selain sampah, Gatot juga merasa prihatin dengan fenomena di media sosial yang marak hujatan, caci maki.

Ia melanjutkan, KH Abdurrahaman Wahid sebagai ulama tak diragukan lagi keilmuannya telah mengajarkan, menghormati manusia, sama dengan menghormati pencipta-Nya. Merendahkan manusia berarti merendahkan pencipta-Nya.

"Kenapa sebagian masyarakat bangsa ini terjangkiti virus benci, dendam, hasud yang dilarang dalam Islam?" tuturnya.

Sejumlah warga Lampung turut menghadiri Reuni 212, di Jakarta. Sejumlah media menyebut mereka sebagai mujahid, mujahidah.

Ia menyebut, jika murni untuk memperjuangkan Islam tentu layak diapresiasi. Tapi jika tujuannya berkait dengan politik, itu mengingatkan pepatah "Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak". (Malikaisa/Muhammad Faizin)