Daerah

Banyak Kalangan Memilih Jadi Mualaf karena Kelembutan Islam

Sab, 20 Juli 2019 | 00:00 WIB

Banyak Kalangan Memilih Jadi Mualaf karena Kelembutan Islam

KH Syafrudin (kiri) membimbing seorang mualaf di Masjid Al-Akbar Surabaya.

Surabaya, NU Online
Hidayah datang dari arah mana saja yang tidak bisa disangka sebelumnya. Karena itu, kaum Muslimin hendaknya terus menampilkan ajaran Islam ramah dan sejuk agar dapat mempertebal keimanan dan pada saat yang sama bisa menarik kalangan lain untuk mengucapkan syahadat.
 
“Deddy Corbuzier memeluk Islam bukan karena dia dikasih uang, jabatan ataupun imbalan lainnya. Dia masuk Islam karena ajarannya yang menyejukkan, ajaran yang merangkul dan melindungi manusia dengan perikemanusiaan,” kata KH Syafrudin Syarif, Jumat (19/7).
 
Hal tersebut disampaikannya  sebelum memimpin ikrar mualaf di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. Kiai Syafrudin mengatakan Islam adalah agama yang damai. Islam adalah agama rahmatal lil alamin. Islam mengajarkan berdakwah menggunakan kelembutan. Banyak non Muslim kagum akan kelembutan Islam dalam berdakwah.
 
Kiai yang juga Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur ini menceritakan ada seorang nenek setiap pekan pergi ke tempat ibadah agamanya dengan diantar sang anak. Karena kesibukan buah hatinya, nenek ini tidak bisa melakukan rutinitas tersebut. Untungnya ada tetangga yang beragama Islam merelakan waktu mengantar sang nenek ke tempat ibadahnya.
 
“Dari perilaku tetangganya itu, sang anak penasaran dengan ajaran Islam yang telah membantu ibunya. Belajar Islam itulah yang dilakukan sang anak dan pada akhirnya dia menjadi Muslim,” tutur Kiai Syafrudin.
 
Sebelum memimpin ikrar mualaf, kiai asal Probolinggo ini mengatakan kunci surga adalah dua kalimat syahadat. Rukun Islam pertama adalah mengucapkan kalimat syahadat. “Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat berarti anda sudah memegang kunci surga,” terang kiai yang menjadi khatib Jumat di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya ini.
 
Dengan suara mantab, Timotius Budi Iswanto mengucapkan dua kalimat syahadat yang dibimbing Kiai Syarifuddin Syarif. Pria kelahiran Surabaya tersebut memutuskan masuk Islam tidak ada paksaan apalagi intimidasi dari orang atau kelompok tertentu.
 
“Dalam Islam tidak ada paksaan. Orang yang masuk Islam telah mendapatkan hidayah atau petunjuk dari Allah. Ini sudah menjadi takdir Allah. Dialah yang membukakan hati manusia dan Allahlah yang membolak balikkan hati manusia,” tuturnya.
 
Setelah mualaf mengucapkan syahadat, Kiai Syafrudin mengajak kepada semua jamaah untuk mengucapkan selamat kepada saudara baru. “Mari semua mengucapkan selamat kepada saudara baru kita, saudara seiman ini,” tutupnya.(Rof Maulana/Ibnu Nawawi)