Daerah

Beberapa Kekeliruan Baca Kata Istighotsah, Artinya Melenceng Jauh

Sab, 25 November 2023 | 21:00 WIB

Beberapa Kekeliruan Baca Kata Istighotsah, Artinya Melenceng Jauh

Kalimat istighotsah. (Foto: NU Online/Faizin)

Pringsewu, NU Online

Di antara amaliah yang sering dilakukan warga Nahdlatul Ulama adalah istighotsah. Amaliah ini adalah upaya mendekatkan diri kepada Allah untuk meminta pertolongan melalui kalimat-kalimat thayyibah seperti tasbih, tahmid, tahlil, shalawat, dan rangkaian doa-doa lainnya.


Dalam bahasa Arab, kata Istighotsah memiliki pola (wazn) istif’aal dari kata al-ghauts yang berarti pertolongan. Pola ini salah satu fungsinya adalah menunjukkan arti (permintaan atau permohonan). Seperti kata ghufran yang berarti ampunan, ketika diikutkan pola istif’al menjadi istighfar, artinya menjadi memohon ampunan. 


Namun pada praktiknya, ada saja masyarakat yang masih keliru dalam melafalkan kata istighotsah. Hal ini diungkapkan Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung KH Sujadi saat memberikan mauidzatul hasanah dalam rangkaian Istighotsah dan doa bersama di MAN 1 Pringsewu, Lampung, pada Jumat (24/11/2023).


“Perlu diperhatikan jangan sampai keliru dalam melafalkan huruf tsa’ dalam kata Istighotsah. Jika dilafalkan dengan huruf lain, bisa memiliki makna lain juga,” ungkapnya.


Ia menjelaskan bahwa jika huruf tsa’ dilafalkan dengan huruf Syin menjadi Istighosyah, maka bisa mengarah kepada makna minta penipuan. Jika diganti dengan huruf za’ menjadi Istighozah, maka bisa bermakna minta perang. Dan jika diganti dengan huruf shad menjadi Istighoshoh, maka bisa bermakna minta diceburkan.


“Agar bisa sesuai dengan makna dan tujuannya, maka ucapkan dengan huruf tsa’ yakni Istighotsah yang memiliki makna minta pertolongan,” jelas Pengasuh Pesantren Nurul Ummah Pagelaran itu.


Istighotsah, menurutnya, amaliah yang penting untuk dilakukan untuk menyadari bahwa ada dzat yang paling berkuasa dalam menentukan kehidupan manusia. Dengan Dzat itu, yakni Allah swt, semua permasalahan diserahkan dan segala pertolongan berasal.


Ia mengungkapkan bahwa manusia hidup di dunia ini bisa dipastikan mendapatkan masalah dengan kadar kesulitan yang berbeda-beda. Di antaranya, saat berproses dalam menuntut ilmu, setiap orang banyak menghadapi permasalahan. Seperti tidak memahami ilmu yang dipelajari atau sulitnya mencari nafkah untuk menuntut ilmu.


Semua itu, menurutnya, tidak hanya bisa diselesaikan dengan usaha saja, tetapi perlu ikhtiar dan doa, meminta tolong kepada Dzat yang Kuasa sehingga masalah bisa dihadapi dan diselesaikan.


“Mencari ilmu itu bukan hanya aktivitas fisik semata namun perlu diimbangi dengan nilai-nilai spiritualitas yang bisa menjadikan ilmu yang didapatkan penuh dengan keberkahan,” ungkapnya pada kegiatan yang diikuti oleh para guru dan siswa madrasah setempat dalam rangka Hari Guru Nasional dan 28 Tahun MAN 1 Pringsewu.