Daerah

Bedah Rumah Jadi Program Unggulan MWCNU Jenggawah Jember

Jum, 11 Desember 2020 | 08:30 WIB

Bedah Rumah Jadi Program Unggulan MWCNU Jenggawah Jember

Kondisi rumah baru Nenek Maryatun. (Foto: NU Online/Aryudi)

Jember, NU Online
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Jenggawah, Kabupaten Jember Jawa Timur mempunyai program sosial yang cukup mengesankan, yaitu bedah rumah. Bedah rumah tersebut berupa renovasi rumah warga miskin yang  tidak atau kurang layak huni. Tentu program ini tidak untuk semua warga miskin, namun dipilih berdasarkan kriteria dan kemampuan anggaran MWCNU Jenggawah.


“Kami sudah sepakat tiap desa satu rumah warga kami renovasi. Semuanya (di Jenggawah) delapan desa,” jelas Ketua MWCNU Jenggawah, H Sucipto kepada NU Online di sela-sela tahap akhir renovasi rumah Nenek Maryatun, Dusun Pondok Lalang,  Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah, Jember, Jumat (11/12).


Menurutnya, sebelum ini pihaknya sudah merenovasi rumah warga miskin di Desa Kertonegoro, Kecamatan Jenggawah. Aksi sosial ini akan terus dilakukan dengan  merenovasi rumah hingga selesai semua di delapan desa. Walaupun demikian, ia mengaku tidak buru-buru untuk melakukan bedah rumah. Namun pasti dilaksanakan sesuai program.


“Kalau pas uang terkumpul, dan sudah cukup kita urunan, ya kita cari rumah mana yang patut direnovasi,” terangnya.


Untuk pendanaan program ini digali dari kepengurusan MWCNU, UPZIS NU Care-LAZISNU Jenggawah, dan Ranting NU. Walaupun demikian, tetap dibuka kesempatan bagi pihak lain untuk membantu renovasi rumah warga miskin melalui program tersebut.


“Kami tidak menarget harus dapat berapa dan kapan, tapi begitu uang terkumpul cukup, kami langsung bergerak,” ungkapnya.


Sementara, rumah Nenek Maryatun dipilih saat ini untuk direnovasi karena kondisinya yang memprihatinkan. Kayu rumah sudah cukup lapuk dan bisa membahayakan penghuninya saat hujan turun jika roboh. Nenek Maryatun sendiri sudah cukup renta. Di usia 85 tahun, kondisi fisiknya juga sangat lemah dan hidup sebatang kara dengan keadaan lumpuh. Suaminya adalah guru ngaji yang sudah lama meninggal dunia. Ia tidak punya anak, selain anak angkat yang sekarang sudah berkeluarga dan tinggal di rumah lain. Kehidupan anak angkatnya pun juga kurang beruntung.


“Dia tidak mau tinggal bersama anak angkatnya. Tinggal sendirian. Makannya dia dapat dari tetangga kanan-kiri. Untuk memandikan dan pelayanan lainnya, anak angkatnya datang setiap hari,” terang H Sucipto.


Karena rumahnya sudah sangat parah dan si penghuni tidak mau ‘diungsikan’ ke rumah tetangga selama rumahnya direnovasi, maka MWCNU Jenggawah memutuskan untuk membangun rumah lain di samping rumahnya yang lama. Pekarangan yang ditempati rumah tersebut adalah tanah berem, milik Pemerintah Kabupaten Jember.


Rumah berukuran 5 x 4 meter itu bertiang penyangga kayu. Dindingnya menggunakan kalsibort. Sedangkan lantainya adalah keramik.


Alhamdulillah, rumah tersebut sudah selesai meski sederhana, tapi cukup layak ditempati,” pungkasnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin