Obituari

In Memoriam KH Hanif Muslih, Sosok Gigih Pembela Amaliah NU

Kam, 10 Desember 2020 | 11:00 WIB

In Memoriam KH Hanif Muslih, Sosok Gigih Pembela Amaliah NU

KH Hanif Muslih, Pengasuh Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak, Jawa Tengah. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
KH Hanif Muslih, Pengasuh Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak, Jawa Tengah yang juga Mursyid Tarekat Qadariyyah wa Naqsabandiyyah, berpulang ke Rahmatullah, Kamis (10/12). Sosok yang semasa hidupnya gigih membela amaliah Nahdlatul Ulama ini merupakan putra terakhir Syekh Mushlih al-Maraqi.


Semasa hidupnya, KH Hanif Muslih belajar langsung kepada ayahnya, Syekh Mushlih, lalu dikirim belajar ke Kota Suci Makkah pada akhir tahun 1970-an. Ia masuk kuliah hadits di Universitas Islam Madinah sampai meraih gelar Lc (Licence), gelar sarjana strata satu. Di Makkah, Gus Hanif juga sempat belajar kepada Syekh Yasin al-Fadani.  Setamat dari Universitas Islam Madinah, Gus Hanif ditugasi oleh Kiai Ridwan (kakak ipar) untuk menjadi kepala (lurah) pondok Futuhiyyah.


Pada saat pembukaan madrasah khusus santri putri di lingkungan Pesantren Futuhiyyah (MTs Futuhiyyah 2 dan MA Futuhiyyah 2), Gus Hanif ditunjuk menjadi Kepala Sekolah. Di samping itu, ia juga mengajarkan kitab-kitab hadits seperti Jawahirul Bukhari, dan lain-lain kepada para santri di malam hari.


Gus Hanif tercatat pernah terpilih menjadi anggota DPR /MPR RI Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa selama dua periode di eranya Gus Dur. Setelah akhirnya, Gus Hanif memilih untuk aktif di pesantren dan Jamiyyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN), sepeninggal kakak kandungnya, KH Lutfil Hakim Muslih.

 


KH Hanif Muslih menjadi mursyid Tarekat Qadariyyah wa Naqsabandiyyah menggantikan para masyayikh dan mursyid-mursyid di Pesantren Futuhiyyah. Di masanya, Tarekat Qadariyah wa Naqsyabandiyah cabang Mranggen berhasil menyebar ke seluruh pelosok tanah air. Beliau juga rutin menghadiri undangan pengajian tarekat (tawajjuhan) yang diselenggarakan di cabang-cabang Futuhiyyah dengan mengijazahkan Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jailani (Annur al-Burhani karya Syekh Mushlih al-Maraqi).


Semasa hidup, Gus Hanif sangat produktif menulis seperti sang ayah yang juga telah menghasilkan karya-karya keislaman. Bedanya, Syekh Mushlih banyak menulis kitab berbahasa Arab, sedangkan Gus Hanif memilih menuangkan karyanya dalam bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan agar lebih mudah dipahami masyarakat di Indonesia.


Karya-karya beliau lebih banyak mengangkat tentang tarjih dalil-dalil hadits Rasulullah Saw mengenai amalan ubudiyah warga NU, seperti Tahlil, Haul, Ziarah Kubur, Qunut, Shalat Tarawaih 20 Rakaat, dan sebagainya.


“Saya sendiri sempat dipercaya untuk mengedit salah satu bukunya berjudul Wisata Spiritual dan Ziarah Kubur yang diterbitkan oleh Penerbit Al-Mawardi Prima Jakarta,” kata M Ishom el-Saha, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia).


Alasan beliau inten menulis buku berisi dalil-dalil yang memperkuat amaliah warga NU adalah untuk membentengi umat Islam dari penganut Wahabi yang telah menyebar di Indonesia.  Menurut Ishom, Gus Hanif pernah berkisah tentang amaliah NU, sewaktu menyerahkan naskah buku Ziarah Kubur di komplek Perumahan DPR/MPR Kalibata.


“Saat pertama tamat dari perguruan tinggi di Saudi, saya pernah kepancing ikut-ikutan mengkritik amaliah orang NU. Namun atas bimbingan Kiai Mahdum dan Kiai Ridwan, kakak ipar saya, keduanya mengingatkan saya sebagai anak ulama tarekat besar (Syekh Mushlih). Atas nasihat mereka, maka saya perdalam lagi pengetahuan saya tentang hadits Rasulullah SAW. Dari situlah lahir buku-buku yang memperkuat dalil amaliah NU,” ungkap Ishom menyampaikan pernyataan Gus Hanif.


Gus Hanif memiliki kontribusi besar, bukan saja dalam pengembangan Tarekat Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah di Indonesia, tetapi juga umat Islam di seluruh Nusantara. Melalui karya-karyanya, beliau telah berupaya membentengi umat Islam, khususnya warga NU, dari kelompok Islam lain yang senang membid’ah-bid’ahkan amaliah umat Islam Indonesia.


Selamat jalan KH Hanif Muslih yang lemah lembut dalam bertutur kata, yang bersahaja dalam kehidupan sehari-harinya, dan yang luas serta dalam ilmunya. Jasa-jasamu akan selalu dikenang oleh para santrimu yang telah menyebar ke pelosok negeri. Semoga Allah menerima semua amal ibadahmu. Amin


Penulis: M. Ishom el-Saha
Editor: Muhammad Faizin