Daerah

Bendung Paham di Luar Aswaja dengan Rutinan Keliling Mushala

Sab, 7 September 2019 | 20:00 WIB

Bendung Paham di Luar Aswaja dengan Rutinan Keliling Mushala

Kegiatan keliling mushala yang diisi juga dengan makan bersama. (Foto: NU Online/Sueb)

Bojonegoro, NU Online
Tersebarnya paham Islam radikal sudah memasuki kawasan desa. Sejumlah ikhtiar dilakukan pengurus Nahdlatul Ulama untuk memastikan bahwa paham berbahaya tersebut tidak tersebar luas. Pada saat yang sama juga sebagai upaya memperkokoh Islam Ahlussunnah wal Jamaah atau Aswaja an-Nahdliyah di kalangan warga.
 
Hal tersebut sebagaimana dilakukan Pengurus Ranting NU Wedi, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur dengan menggelar kegiatan selapanan setiap Ahad Wage.
 
Tempat kegiatannya digilir dari mushala satu ke tempat lain di desa setempat. Sesuai data di ranting, di desa ini terdapat 35 mushala yang tersebar di 21 Rukun Tetangga atau RT.
 
"Selapanan ini untuk membenteni paham radikal masuk desa," kata Ketua Ranting NU Wedi, Kiai M Sya'roni, Sabtu (7/9).
 
Alumni Pondok Pesantren Al-Muhibbin Surabaya itu menuturkan, kegiatan selapanan sudah berlangsung sejak 2018. 
 
Dalam kegiatan tersebut, dimulai dengan mengirim Al-Fatihah untuk para pendiri bangsa dan NU, serta para pejuang di tingkat desa. Acara dilanjutkan dengan membaca Ratib al-Hadad, dilanjutkan tahlil, shalawat bilqiyam dan doa.
 
"Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan ta'lim, mengkaji kitab dan membahas isu sosial," ungkapnya.
 
Kiai kampung itu menambahkan, acara tidak berhenti sampai di situ, juga diteruskan dengan pengumpulan koin NU dari masing-masing koordinator NU di setiap RT.
 
“Dan hasilnya diumumkan dalam majlis, termasuk pengeluaran untuk biaya operasional dan tumpeng untuk kegiatan,” jelas ayah empat anak ini.
 
Dirinya merasa sangat bersyukur dengan rutinitas yang dilakukan warga. "Alhamdulillah, kegiatan bisa berjalan dari koin yang terkumpul," imbuhnya.
 
Sebelum ada kegian rutinan, sempat terjadi desas-desus di lingkungan, tentang pendirian ormas Islam selain NU.
 
“Bahkan, ada salah satu mushala di desa sentra buah salak itu yang akan dikelola oleh Islam yang tidak berhaluan Ahlussunah wal Jamaah,” terangnya. 
 
Dia berharap dukungan dari semua pihak, agar ajaran Islam rahmatan lil alamin, tetap terpelihara. “Sebab, mushala selama ini menjadi tempat belajar anak-anak di Desa Wedi untuk belajar ilmu agama,” pungkasnya. 
 
Pewarta: Sueb
Editor: Ibnu Nawawi