Daerah

Biografi Kiai Banyuwangi Kembali Ditulis, Kali ini Sosok Kiai Dailami Ahmad

Sab, 8 Oktober 2022 | 08:00 WIB

Biografi Kiai Banyuwangi Kembali Ditulis, Kali ini Sosok Kiai Dailami Ahmad

Peluncuran dan bedah buku Biografi KH Hasan Dailami Ahmad karya Aris Susiyanto di ajang Banyuwangi Book Fair 2022, Jumat (7/10/2022). (Foto: NU Online/M Sholeh Kurniawan)

Banyuwangi, NU Online

Sosok dan kiprah kiai dari Banyuwangi, Jawa Timur kembali dibukukan. Kali ini adalah sosok pendiri Pesantren Nurul Huda, Desa Badean, Kecamatan Blimbingsari, KH Hasan Dailami Ahmad. Karya Aris Susiyanto itu resmi diluncurkan dan dibedah untuk pertama kalinya di ajang Banyuwangi Book Fair 2022 di Gedung Juang Banyuwangi, Jumat (7/10/2022).


Buku yang diterbitkan oleh Komunitas Pegon tersebut melengkapi historiografi ulama lokal Banyuwangi.


"Selama ini, tidak banyak kisah keteladanan para ulama di Banyuwangi ini yang telah dibukukan. Masih sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah para kiai kharismatik yang mewarnai Banyuwangi selama ini. Jadi, ini merupakan sumbangan penting untuk kajian sejarah kepesantrenan," ungkap Dekan FKIP Universitas PGRI Banyuwangi Agus Mursidi saat peluncuran buku tersebut.


Sosok Kiai Dailami sendiri adalah tokoh dari kampung yang kemudian memiliki kiprah yang cukup dominan di daerah ujung timur Jawa itu. Totalitasnya mengabdi pada ilmu, baik sebagai pengajar ataupun penuntut ilmu itu sendiri, mengantarkannya ke berbagai amanah yang strategis di Banyuwangi.


"Meskipun dari kampung, Kiai Dailami ini memiliki kontribusi penting bagi Banyuwangi. Beliau tercatat pernah menjabat sebagai Ketua MUI Banyuwangi selama dua periode, juga duduk di jajaran PCNU Banyuwangi sejak tahun 1990-an hingga akhir hayatnya. Bahkan, beliau juga tercatat sebagai Ketua Dewan Syuro PKB pertama di Banyuwangi," papar Aris Susiyanto.


Kiprah dari Kiai Dailami tersebut diungkapkan dengan cukup baik oleh Aris dalam bukunya yang berjudul lengkap KH. Hasan Dailami Ahmad: Keteladanan Sang Pengabdi Ilmu. Dalam buku ini, Aris menelisik lebih dalam perjuangannya dalam bidang pendidikan.


"Dalam amatan kami, Kiai Dailami ini sangat intens bergumul dalam dunia pendidikan. Beliau mengajar tidak hanya di pesantrennya, tapi juga di pesantren lain. Seperti di Pesantren Darussalam Blokagung, Pesantren Bustanul Makmur Genteng, bahkan di Ma'had Aly Pesantren Salafiyah Syafiiyah Situbondo," terang Aris.


Selain itu, lanjut Aris, Kiai Dailami adalah sosok yang gigih dalam mewujudkan pendidikan formal berbasis Islam di kampungnya. "Sejak seusai peristiwa pemberontakan PKI (1965-6), beliau intens merintis sekolah di Badean. Mulai dari Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah hingga Aliyah. Meski harus jatuh bangun, tapi tak menyurutkan langkah beliau," ungkapnya.


Hal yang tak kalah menariknya adalah kiprah Kiai Dailami dalam jam'iyah (organisasi). Kiprahnya di Nahdlatul Ulama yang dirintis sejak dari Ranting NU Badean mengantarkannya ke banyak amanah lainnya. Seperti di MUI dan di PKB.


"Tapi, dengan amanah yang demikian besar itu, tak menyurutkan aktivitasnya dalam belajar mengajar. Ini keteladanan yang patut dicontoh," tegas Aris.


Lahirnya buku tersebut juga mendapat apresiasi dari Ketua PC IPNU Banyuwangi Imam Mutaji yang menjadi salah satu pembicara dalam peluncuran tersebut. Menurutnya, buku biografi para ulama lokal itu, bisa menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda saat ini.


"Saya menyambut degan gembira peluncuran buku ini. Bukan hanya karena penulisnya merupakan kader IPNU, tapi buku ini menjadi sumber inspirasi bagi kami yang muda-muda," ungkap Mutaji.


Sementara itu, Founder Komunitas Pegon Ayung Notonegoro mengungkapkan bahwa penerbitan buku tersebut sebagai bagian dari ikhtiyar menyediakan referensi tentang kepesantrenan di Banyuwangi.


"Jika ngomong buku biografi kiai dari Banyuwangi, masih sangat sedikit. Kurang dari hitungan jari ini," terangnya.


Untuk itu, Komunitas Pegon terus berupaya menambah kuantitas historiografi kiai-kiai Banyuwangi. Di antaranya dengan melibatkan para mahasiswa yang sedang menuntaskan tugas akhirnya.


"Buku ini awalnya adalah skripsi, terus kami dorong menjadi buku. Kami berharap ada mahasiswa lain yang mengikuti jejak Aris dan kami siap untuk berkolaborasi," pungkas Ayung.


Kontributor: Mohamad Soleh Kurniawan
Editor: Kendi Setiawan